Oleh : Arizka Warganegara
HMI sebagai organisasi
kader yang memiliki platform yang jelas, hal ini ditinjau dari awal
berdirinya HMI yang mempunyai dua komitmen asasi, yakni (1) Mempertahankan
negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang
dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran
Islam, yang dikenal dengan wawasan keislaman/keumatan. Kesatuan dari kedua
wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni cara pandang yang utuh
melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan
sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini
disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil
di garda terdepan dalam setiap even.
Dari setiap fase
perjuangan HMI terdapat berbagai kisah heroik kader cendikiawan HMI dalam
memposisikan dirinya sebagai pengemban amanah kebangsaan sekaligus pengemban
amanah keumatan. Namun bila dicermati belakangan ini HMI pada usianya yang ke
65 tahun mengalami stagnasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan
oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini,
dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah ekonomi mendesak
untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah
pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang
melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya membutuhkan
penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang diterma krisis
multi dimensi. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas
slogan tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk
mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk
penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission
HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang selama ini
perjalanannya tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan
meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan kader yang
memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi
watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga kader
HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustad’afin)
dan melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi
berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi kritis, dan
memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah
masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar
biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan
yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai
dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun
demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana termaktub dalam penggalan
tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya,
gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis
dalam setiap momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh
pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga
kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual yang dalam tatanan sosial
masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah
HMI sebagai organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang
berkualitas insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”
(pasal 4 AD HMI).
0 comments:
Post a Comment