Aksi Damai Peduli Konflik Lamsel

HMI Komsospol Unila dan gabungan komunitas se Bandar Lampung di Tugu Adipura Bandar Lampung.

Basic Training HMI Komsospol Unila

Suasana Basic Training di gedung KNPI Lampung.

Sekretariat HMI Komsospol Unila

Jl. Danau Tondano No 35 Kedaton Bandar Lampung.

Alumni HMI Komsospol Unila

Pengkaderan dari masa ke masa untuk umat dan bangsa.

Senior dan Alumni HMI Komsospol Unila

Semangat membimbing dan berbagi. Yakin Usaha Sampai !

Prolog. HMI Komisariat Sosial Politik Universitas Lampung.

Menghadirkan sebuah Blog merupakan langkah HMI go Public. Dimana semangat berorganisasi dan menyampaikan kepada khalayak tentang aktifitas dan perjuangan selama ber-HMI dipandang sangat perlu, dengan harapan masyarakat dapat mengetahui eksistensi HMI. Namun diluar dari pada itu, menghadirkan blog semacam ini merupakan wahana belajar untuk kader agar dapat berkreatifitas dalam mengelola sebuah media, sebagai bentuk sinergitas HMI dengan zaman. Kepada setiap pembaca, dengan segala hormat kami sangat menyadari akan kekurangan maupun kelebihan kami kami dalam menyajikan blog ini. Untuk itu kami sangat mengaharapkan sekali kritik dan saran, sebagai upaya untuk mencapai kesempurnaan, meski untuk mencapai titik kesempurnaan sangatlah sulit dan subyektif sifatnya. Akhirnya, semoga Blog Komisariat Sosial dan Politik Unila ini dapat bermanfaat dan menjadi stimulus pembaca dalam berkreatifitas dan menjadi warisan turun menurun untuk dikelola oleh generasi selanjutnya.

Yakin Usaha Sampai

Thursday, November 29, 2012

Latar Belakang Sejarah Konflik Palestina – Israel


Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri.
## hasil editan tulisan sebelumnya, karena ada koreksi
Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.
*2000 SM – 1500 SM*
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 orang 12 orang ##. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
*1550 SM – 1200 SM*
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi Negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
*1200 SM – 1100 SM*
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah.
Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata:
“Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”
-(QS 5:24)-
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
## Sulit mengetahui asal-usul penyebutan nama Yahudi, apalagi dinisbatkan kepada Yehuda. Di dalam Perjanjian Lama, kata “Yahudi” baru mulai ditemukan pada kitab Ezra. Sedangkan pada kitab-kitab sebelumnya hanya disebut anak-anak Israel atau Bani Israel. Di dalam Alquran atau Hadits sendiri anak keturunan Nabi Ya’qub disebut Bani Israil, sedangkan penyebutan “Yahudi” lebih sering bermakna golongan yangdimurkai Allah, dien (atau jalan hidup seperti Nasrani, Sabiin, Majusi dan Islam)
*1000 SM – 922 SM*
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut. Daud kemudian menjadi raja menggantikan Raja Thalut. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya, Nabi Sulaiman A.s.
*922 SM – 800 SM*
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
*800 SM – 600 SM*
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.”
-(QS 5:70)-
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
*600 SM – 500 SM*
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia . Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia .
*500 SM – 400 SM*
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
*330 SM – 322 SM*
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel. Penulisan Injil dalam bahasa Yunani bukan karena bahasa resmi Israel yang pada saat itu dijajah oleh Romawi. Melainkan penulis dan penyebar Injil, Paulus, memang orang romawi yang berbahasa yunani.
*300 SM – 190 SM*
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
*1 – 100 M*
Nabi Isa A.s. lahir. Nantinya akan ada penghembusan isu bahwa Nabi Isa merupakan pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Riil-nya Nabi Isa tidak membangun gerakan melawan penguasa Romawi, justru isu tersebut dihembuskan oleh para Rabbi Yahudi yang tidak suka ajaran puritan (kembali ke Taurat asli) yang dibawa oleh Nabi Isa. Pilatus sendiri menyalib Nabi Isa atas desakan para Imam yang cemburu kepada Nabi Isa. Mengapa? karena Pilatus tidak beragama Yahudi sehingga hukuman untuk orang Yahudi haruslah ditentukan oleh orang Yahudi sendiri.
*100 – 300 *
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
*313 *
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
*500 – 600*
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di
Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia .
*621*
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
*622*
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
*626*
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
*638*
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
*700 – 1000*
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
*1076*
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
*1453*
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M),khilafah Utsmaniah di bawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
*1492*
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista) . Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
*1500 – 1700*
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama/ gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
*1529*
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/ imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlahyang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.”
-(QS 9:25)-.
*1798*
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
*1831*
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
*1835*
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana . Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
*1838*
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
*1849*
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
*1882*
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
*1891*
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus ). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
*1897*
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
*1916*
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat control atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
*1917*
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
*1938*
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
*1944*
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana .” Kondisi Palestina pun memanas.
*1947*
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel .
*1948, 14 Mei*.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel . Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah,
hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania , Syria , Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
*1948, 2 Desember*
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel . Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
*1956, 29 Oktober*
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez . Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahri (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
*1964*
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization) . Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
*1967*
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA ). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
*1967, Nopember*
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.
*1969*
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
*1970*
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
*1973, 6 Oktober*
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia Cuma siap untuk melawan Israel , namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
*1973, 22 Oktober*
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
*1977*
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
*1978, September*
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel . Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel .
*1980*
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
*1982*
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya, dan Tunis .
*1987*
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
*1988, 15 Nopember*
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota.Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat. Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.
*1988, Desember*
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
*1991, Maret*
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
*1993, September*
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu
dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara negara Arab ( Saudi Arabia , Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel , PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
*1995*
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “ Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
*1996*
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel . Ia bahkan ingin menunggu/menciptaka n kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel . Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel .
Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
*2002 – Sampai sekarang*
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002 . Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.
Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini.
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan
bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan baker minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sumber: milis FUSI-FTUI
Rujukan:
http://sabdaweb. sabda.org/ bible/
http://alkitab. otak.info/
http://quran. al-islam. com/ind/
http://hadith. al-islam. com/bayan/ Tree.asp? Lang=ind
Bacaan:
http://media. isnet.org/ antar/etc/ Yahudi.html
http://id.wikipedia .org/wiki/ Yahudi
http://en.wikipedia .org/wiki/ Who_is_a_ Jew%3F
http://hotarticle. org/pengubahan- taurat-oleh- yahudi/

Perbandingan Komunikasi Politik Presiden Indonesia


Sumber: Kompas.com, Minggu, 5 April 2009
Penulis: Prof Dr Tjipta Lesmana, M.A.
Terbit : Januari 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-4095-5
Halaman: 426 / HVS
Dalam sebuah tesisnya, Weber pernah menengarai adanya suatu perubahan sosial masyarakat. Perubahan itu tampak jelas ketika adanya suatu perbandingan yang membedakan antara masyarakat zaman sekarang dengan masyarakat sebelumnya. Menurutnya, perubahan itu tidak lepas dari perubahan intelektualitas yang dimiliki individu-individu yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri.
Sebagai makhluk sosial, para presiden pun tidak lepas dari perbedaan antara presiden satu dengan lainnya. Termasuk dari aspek pemahaman maupun penyikapannya terhadap realitas kehidupan bangsa-negara. Memang, secara geneologis jabatan presiden yang dipikul mereka pun tidak jauh berbeda dalam tataran hukum yang mengikat dan mengatur. Namun, dalam praksisnya, pasti akan muncul sejumlah perbedaan. Dari perbedaan-perbedaan inilah yang kemudian menimbulkan sederet realitas kehidupan bangsa-negara yang tidak mesti sama.
Namun, dalam buku ini, tingkat perbedaan intelektulitas seorang presiden dengan presiden lainnya, terbukti bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perubahan sosial bangsa-negara. Menurut Tjipta Lesmana, perbedaan tingkat emosional dan spiritual juga memiliki andil dalam perubahan. Artinya, tingkat perbedaan intelektualitas, emosionalitas, dan spiritulitas antara Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY, berkorelasi positif dengan perbedaan pola interaksi sosial mereka. Dari perbedaan interaksi sosial yang berkaitan erat dengan pola komunikasi inilah yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang berbeda pula. Mulai intrik, lobi politik hingga menyikapi kritik pun, mereka belum tentu sama dalam satu pola komunikasi politik.
Dalam buku ini, kajian komunikasi politik keenam presiden kita dibagi dalam enam bab. Bab I, di duduki oleh Soekarno. Dalam bab ini, presiden pertama kita ini tampak sebagai sosok yang memiliki ilmu yang dalam, piawai menganalisis situasi politik, matang dalam berpolitik, dan berani menghadapi tantangan dan tegas. Namun, ”Singa Podium” ini tak ubahnya seperti manusia biasa yang punya amarah dan salah. Dalam kemarahannya, ia sering menggebrak meja, menggedor kiri-kanan, menghardik sasaran dengan suara yang keras, menantang, memperingatkan dan mengancam (hlm.5). Semua itu sering disampaikannya dalam bahasa, meminjam istilah Edward T. Hall (1976), yang low context; jelas, tegas, dan tanpa tedeng aling-aling. Selain itu, ia sering menggunakan bahasa yang mengulang-ulang.
Berbeda dengan Soeharto, dalam bab II, yang lebih banyak mendengar dan mesem (senyum). Dalam berkata, ia sering menggunakan bahasa yang high context; tidak jelas, penuh kepura-puraan (impression management), teka-teki, rahasia, dan amat santun serta multi tafsir. Tidak jarang para menteri perlu merenungkan atau menanyakan kepada orang lain tentang arti dari kominikasi presiden terhadap mereka. Bagi yang tidak memahami komunikasi tingkat tinggi ini, perlu siap-siap menuai gebukan atau perlawanan rakyat dan lingkungan sekitar. Semisal, kasus penyerbuan massa PDI Soerjadi terhadap Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro pada 27 Juli 1996. Dalam kasus ini, Sutiyoso yang dianggap bertanggung jawab waktu itu, berdalih bahwa peristiwa itu berasal dari perintah ”atasan”. Sementara, Feisal Tandjung mengatakan bahwa Soeharto tidak pernah memerintahkan penyerbuan (hlm.67).
Uniknya, dalam kondisi marah atau tidak suka pun, ”The Smiling General” ini menggunakan bahasa high context pula. Semisal, ketika ada menteri yang laporan atau dipanggil diruang kerja presiden telah dipersilahkan meminum minuman yang tersedia, berarti diperintahkan segera untuk pamit. Meski begitu, Soeharto juga pernah menggunakan bahasa low context.
Berbeda lagi ketika Presiden BJ. Habibie marah. Dalam bab III, ia tampak menggunakan bahasa low context. Ketika marah, ia sering melototkan mata kepada yang dimarahi, raut muka memerah dan suara keras. Ia juga dikenal sebagai sosok yang temperamental. Meski cerdas, ia cepat emosi dan cepat marah, terlebih ketika ditantang, dikritik, dan didebat. ”Anehnya, tidak ada satupun menteri yang takut”, menurut informan Hendropriyono (hlm.159).
Dalam bab IV, ketika Abdurrahman Wahid (Gus Dur) marah, kadang menggebrak meja dan atau mengancam. Meski begitu, Gus Dur tidak lepas dari sifat gampang tidur dan humorisnya. Sering dalam setiap sidang kabinet yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB, Gus Dur melakukan ritual tidur. Ketika salah atau mendapat konfirmasi dari orang yang merasa dirugian, Gus Dur sering menanggapinya dengan santai. ”Oh, begitu, ya? Ya, Sudah. Enggak usah dipikirin…!”, jawabnya (hlm.199).
Sedangkan Megawati, dalam bab V, setiap marah suka menghardik korbannya. Semisal, ketika Megawati sedang menghadiri acara dengan sejumlah kerabatnya di restoran sebuah hotel mewah di Singapura. Dalam acara itu, Roy BB. Janis dihardik habis-habisan di depan umum akibat kedatangannya tidak diundang (hlm.283). Selain itu, ia juga terkenal pendendam. SBY merupakan salah satu contoh yang menjadi korban sifat pendendam itu. Dalam debat calon presiden 2004, misalnya, gara-gara menaruh dendam dengan SBY, Megawati mengajukan syarat kepada penyelenggara acara untuk menghapus acara jabat tangan antar calon. Dalam pelantikan Presiden SBY pun, Megawati tidak mau menghadirinya.
Dalam berkomunikasi, menurut penulis, Megawati tidak bisa efektif. Ia lebih suka diam atau menebar senyum dari pada berbicara. Selama berpidato, suaranya tampak datar, nyaris tidak ada body language sama sekali. Ia membaca kata per kata secara kaku, seolah takut sekali pandangannya lepas dari teks pidato di depannya (hlm.247). Ironisnya, dalam setiap pembicaraan dengan orang-orang dekatnya lebih banyak membicarakan shopping dari pada soal-soal yang berkaitan dengan bangsa dan negara. Dalam menghadapi kritik, ia sering tidak tahan, alergi kritik (hlm.265).
Meski tidak jarang menuai kritik, dalam bab VI, SBY tampak merasa gerah pula. Bahkan, SBY sering balas mengkritik bagi orang atau pihak yang berani mengkritiknya, termasuk kebijakan pemerintah. Namun, dalam setiap pembicaraannya, SBY tergolong cukup hati-hati. Seolah-olah setiap kata yang keluar dari bibirnya diartikulasikan secara cermat. Dalam perspektif komunikasi, SBY tergolong dalam lower high context. Ia gemar menggunakan analogi dalam menggambarkan suatu masalah dan tidak bicara secara to the point. Hanya hakikat suatu permasalahanlah yang sering disampaikannya. Dalam berbagai kesempatan, SBY seperti sengaja tidak mau memperlihatkan sikapnya yang tenang, tetapi membiarkan publik menebak-nebak sendiri.
Tidak sedikit informasi tentang komunikasi keenam presiden kita dalam buku ini. Selain unik, bikin tercengang, tertawa, dan kesal, buku ini memberikan berbagai wawasan terkait kepribadian beberapa presiden yang pada pemilu tahun ini hendak tampil sebagai calon presiden lagi. Namun, untuk mengetahui apakah dari sejumlah presiden itu tergolong –meminjam istilah Kurt Lewin- Authoritarian, Participative, atau Delegatif, pembaca dipersilahkan menyimpulkan sendiri.***

Korpri Harus Melayani Warga


BANDARLAMPUNG – Sekretariat Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Provinsi Lampung menjadwalkan puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-41 Korpri di Lapangan Korpri, kompleks Pemprov Lampung, hari ini (29/11). Peringatan tersebut akan diisi dengan upacara. Bertindak sebagai inspektur yakni Wakil Gubernur Joko Umar Said.
Sekretaris Kopri Lampung Ersy Hertanti Lenny mengatakan, momentum peringatan HUT ini harus dimanfaatkan anggota Korpri untuk merubah mindset. ’’Yang paling penting, anggota Korpri sebagai seorang pegawai negeri sipil harus melayani warga bukan dilayani. Itu yang terpenting,’’ urainya kemarin (28/11).
Dalam kurun waktu belakangan untuk mendukung Korpri Lampung, Lenny menambahkan, sekretariat setempat terus berbenah. Sejumlah program digelontorkan. Di antaranya dari sisi pengembangan ekonomi berbasis koperasi. Yakni dengan menggandeng pihak swasta dalam membuka jenis usaha bersifat koperasi mandiri di lingkup sekretariat. ’’Ya, kita buka travel agen ticketing hingga fasilitasi chek in hotel di seluruh Indonesia,’’ katanya.
Untuk program yang lain, menurut dia, kini Sekretariat Korpri ikut berpartisipasi dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Korpri Nasional I yang digelar di Makasar, 22–28 November 2012, kemarin.
Meski tak berhasil meraih juara umum, Korpri Lampung mencatatkan diri sebagai anggota yang ikut mengirimkan peserta di seluruh tangkai perlombaan. ’’Sedangkan untuk memperingati HUT Korpri ini di Lampung kita juga sudah menggelar donor darah, jalan sehat, dan ziarah ke makam pahlawan,’’ tutur Lenny. Ia berharap agar ke depan anggota Korpri terus meningkatkan kualitasnya untuk menjawab tantangan zaman. Sehingga, tatanan reformasi birokrasi yang lebih baik dapat tercapai.

Sumber: Radar Online

Angie ke Nazar: Kalau Mau Hantam Anas Jangan Pakai Saya

Jakarta - Kesaksian yang memberatkan Angelina Sondakh terlontar dari mulut M Nazaruddin yang dihadirkan sebagai saksi. Angelina Sondakh keberatan dengan kesaksian rekannya di fraksi Demokrat DPR itu.

"Saudara saksi, saya jangan dijadikan sasaran antara Anda untuk menghantam Anas Urbaningrum," ujar Angie ketika diberi kesempatan memberi tanggapan. Hal itu disampaikannya usai kesaksian M Nazaruddin di Pengadilan Tipikor, Jalan HR Rasuna Said, Jaksel, Kamis (29/11/2012).

Angie menyampaikan kalimat itu dengan nada tinggi. Dalam tanggapannya, Putri Indonesia 2001 ini juga mempertanyakan mengenai alasan Nazar menudingnya telah menerima Rp 9 miliar terkait kasus wisma atlet.

"Jangan sampai kebencian kepada Anas dibebankan kepada saya," tegas Angie.

"Apakah benar Anda mendengar pengakuan saya mengenai Rp 9 miliar seperti itu di TPF?" tanya Angie.

"Benar, terdakwa kan bilang seperti itu tapi sebagian uang itu dikasihkan ke Mirwan Amir," jawab Nazar.

M Nazaruddin menyatakan Angelina Sondakh pernah menerima uang Rp 9 miliar terkait kasus wisma atlet. Kesaksian yang menyudutkan Angie sebagai terdakwa.

"Saya pernah mendengar terdakwa menjelaskan bahwa dia menerima Rp 9 miliar dari Paul Nelwan terkait wisma atlet," ujar Nazar dalam kesaksiannya.

Nazaruddin mengungkapkan kalau Angie mengaku menerima uang wisma atlet sebesar Rp 9 miliar saat pertemuan dengan Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk oleh Partai Demokrat. Menurut Nazaruddin, saat itu Angelina mengatakan bahwa uang tersebut langsung diberikannya kepada Mirwan Amir.

Selain itu, kata Nazaruddin, uang juga dinikmati Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah sebesar Rp 1 miliar dan mantan Ketua Komisi X DPR, Mahyuddin.

“Ibu Angie jelaskan ‘Uang itu langsung saya serahkan ke Mirwan’ terus Mirwan bilang ‘Iya ngie, tapi uangnya enggak semua saya terima, ada Jafar Rp 1 miliar, terus diterima ketua umum, dikasih ke Olly',” kata
Nazaruddin.

Sumber: DetikNews

HMI, BANGSA DAN UMAT


Oleh : Arizka Warganegara
HMI sebagai organisasi kader yang memiliki platform yang jelas, hal ini ditinjau dari awal berdirinya HMI yang mempunyai dua komitmen asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan keislaman/keumatan. Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda terdepan dalam setiap even.
Dari setiap fase perjuangan HMI terdapat berbagai kisah heroik kader cendikiawan HMI dalam memposisikan dirinya sebagai pengemban amanah kebangsaan sekaligus pengemban amanah keumatan. Namun bila dicermati belakangan ini HMI pada usianya yang ke 65 tahun mengalami stagnasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang diterma krisis multi dimensi. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.  
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustad’afin) dan melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang berkualitas insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).

Monday, November 26, 2012

Islam Liberal: Varian-Varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002


Peresensi: M Kamil Akhyari
Penulis : Dr. Zuly Qodir
Penerbit : LKiS Yogyakarta
Tahun : I Desember 2010
Tebal : xxx 310 Halaman
Tradisi liberalisme telah mewarnai agama Islam sejak zaman klasik. Aliran-aliran rasional dalam bidang teologi, kalam, dan fiqih yang rajin melakukan interpretasi terhadap Al Quran untuk dikontekskan dengan perkembangan zaman yang sejatinya bukan pemikiran baru.

Kelompok Mu’tazilah yang sangat mengagungkan akal dalam memahami Tuhan dan ajaran Islam berdiri pada abad kedua hijriyah, dan aliran Ahl ar-Ra’yi yang senantiasa mengedepankan akal dalam memahami hukum Islam digagas Imam Abu Hanifah (699-767M).
Namun, Islam liberal di Indonesia baru diperbincangkan ketika muncul Jaringan Islam Liberal (JIL), walaupun benih-benih liberalisme Islam sudah lama. Pada ‘60-an, Greg Balton membahas gagasan Islam liberal di Indonesia. Berawal dari penelitian disertasi Greg Balton, bertebarlah buku-buku wacana gerakan pemikiran umat Islam di Indonesia.
Dalam buku ini Dr Zuly Qodir mencoba memotret varian liberalisme Islam di Indonesia dalam rentan waktu 1991-2002. Liberalisme Islam yang berkembang pada 1990-an dengan liberalisme Islam pada masa Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid tak jauh beda.
Hanya saja, isu-isu yang mereka angkat dimodifikasi, dikemas lebih menarik, dan medianya memberikan daya tarik tersendiri, sekalipun substansinya tidak berbeda; urgensi reinterpretasi atas teks agama.
Arus globalisasi dan pesatnya teknologi informasi komunikasi tidak hanya membawa perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Lebih dari itu, modernisasi juga membawa perubahan tingkah laku keberagamaan umat manusia.
Reinterpretasi atas teks agama tidak hanya sebuah keniscayaan, melainkan kebutuhan untuk mendialogkan agama dan realitas saat ini. Interpretasi teks suci hanya berlaku sesuai dengan kondisi zamannya, tak ada interpretasi yang berlaku untuk sepanjang masa, dan absolut. Dari itu, setiap generasi memiliki hak untuk melakukan interpretasi atas teks suci Al Quran untuk diaktualisasikan sesuai dengan zamannya (halaman 133-134).
Gagasan progresif Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid sebagai peletak dasar liberalisme Islam di Indonesia terus melaju cepat. Perkembangan liberalisme Islam di Indonesia tampak sekali dari kekompakan generasi penerusnya dalam mengampanyekan gagasan Islam liberal. Pada 1960-an ijtihad yang dilakukan muslim liberal lebih bersifat individu, tapi pada ’90-an ijtihad yang dilakukan muslim liberal lebih bersifat kelompok.
Keberadaan komunitas JIL di Utan Kayu jadi bukti yang sulit kita bantah di dalam melejitnya liberalisme Islam di Indonesia dari 50 tahun yang silam.
Soeharto tumbang dari tampuk kepemimpinannya, Habibie tampil sebagai presiden ke tiga. Kebebasan pers jadi misi utama yang di usung Habibie. Pada saat yang bersamaan, kelompok muslim liberal makin leluasa mengampanyekan liberalisme Islam tanpa ada intervensi dan tekanan dari pemerintah, pada 21 Agustus 2001 lahirlah Jaringan Islam Liberal di Jakarta.
Namun, di tengah kenikmatan kita menyampaikan pendapat dan gagasan, komunitas muslim liberal sepertinya mengalami kelesuan, spirit mereka diambil alih kelompok fundamentalis.
Di tengah perpecahan umat dan maraknya kekerasan motif agama, buku Islam Liberal patut kita baca untuk meneguhkan kembali semangat pluralisme, toleransi, kerukunan, demokrasi, gotong royong dan HAM.
Peresensi adalah M Kamil Akhyari Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk. Bergiat di PC IPNU Sumenep.

Jejak Terorisme dalam Bahasa Osama dan Bush

Abdul Munir Mulkhan*

TERORISME, aksi kekerasan yang memandang diri paling beradab dan benar, muncul bersama sejarah kekuasaan dalam peradaban umat manusia. Hendropriyono menengarai adanya gejala gangguan jiwa pada pelaku teror. Aksi terorisme tidak semata berkaitan dengan keyakinan perang suci mencari syahid.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Peradaban hegemonik, yang menempatkan suatu bangsa dengan kekuatan ekonomi dan persenjataan paling andal memperluas kontrol atas dinamika kehidupan global, menyuburkan peluang kebangkitan kembali terorisme untuk semua bangsa dan agama. Jika pada masa lalu terorisme berlangsung dalam wilayah dan melibatkan kelompok terbatas, dalam era global terorisme memperluas diri dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Tragedi 11 September 2001 menyebabkan ”demam” terorisme sehingga negara-negara maju membentuk lembaga yang secara khusus menangani aksi-aksi teror (hal 25-39).

Terorisme semakin ruwet ketika dilakukan atas nama peradaban dan modernitas, atas nama demokrasi dan atas nama Tuhan sekaligus. Kompleksitas terorisme tecermin dalam susunan kalimat atau susunan bahasa yang ditulis atau diucapkan pelaku. Struktur bahasa atau kalimat itu mencerminkan sistem keyakinan keagamaan dan ideologi yang dianut dan diyakini pelaku. Bahasa terorisme kemudian menjadi fokus penelitian AM Hendropriyono untuk memperoleh gelar doktor di bidang filsafat.

Latar belakang penulis, mantan petinggi militer yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), membuatnya dengan enteng menyebut pelaku teror sebagai sesat pikir. Suasana kejiwaan Osama bin Laden dan George Walker Bush ditempatkan sebagai representasi fundamentalisme Islam dan Kristen, merupakan fokus kajian buku ini. Teori language games Wittgenstein dipakai untuk mengkaji pernyataan kedua tokoh dan membedah keyakinan, ideologi, dan keterbelahan kepribadian (hal 20-21, 247). Pelaku mengacu Tuhan untuk melakukan kejahatan, berdoa mengharap keridaan-Nya, sekaligus mengancam menghancurkan ciptaan-Nya. Keterbelahan pribadi dan kegalatan (ketidakteraturan) itu terlihat dalam struktur dan gaya bahasa berdoa dan mengancam yang berbeda tetapi tersusun dalam satu ungkapan (hal 434). Dijelaskan bahwa pelaku teror mengalami kesesatan epistemologis sehingga bersikap tidak rasional. Demokrasi dipaksakan dengan kekuatan militer dengan korban warga sipil: anak-anak, perempuan, dan mereka yang tidak tahu apa-apa. Bush berucap, ”... the US will promote moderation and tolerance and human rights… will lead the world to safety, security, peace, and freedom.” (hal 307), saat lain berkata, ”… ini adalah suatu bangsa yang tidak pernah berkedip dari peperangan….” (hal 327). Sementara Osama terus berjihad dengan sasaran orang-orang Yahudi dan Amerika di mana saja berada, ”... some terrorism is blessed.... We practice the good terrorism which stops them killing our children….” (hal 318).

Terorisme dan ideologi

Apakah terorisme? Buku ini menjelaskan pengertian terorisme secara kefilsafatan sebagai tindak kejahatan yang tidak tunduk pada aturan apa pun karena kebenaran terletak dalam dirinya sendiri. Keberadaan terorisme bagai unslaying hydra, hewan imajiner Yunani yang tak pernah mati, seperti Candabirawa, jin piaraan Raden Narasoma (hal 432). Secara teoretis, terorisme sebagai perang terbuka inkonvensional atau gerilya yang lahir dari kegalatan pikiran dan kepribadian pelaku yang bermasalah, menciptakan ketakutan publik atau simpati membuta pendukungnya (hal 34).

Terorisme dipandang sebagai perlawanan atas perlakuan tidak adil dan zalim negeri beradab dan demokratis atas bangsa-bangsa berkembang. Di satu sisi, Amerika dan dunia Barat membela martabat peradaban dan kemanusiaan dengan perang. Di sisi lain, perang suci dilakukan untuk melawan kezaliman atas nama martabat kemanusiaan mewakili kehendak Tuhan (hal 192, 327).

Dari penelusuran Hendropriyono, ditemukan terorisme bisa berakar dari sistem pemahaman keagamaan semua agama yang harfiah (tekstual), seperti Wahabi atau Salafi yang melahirkan ideologi anti-Barat, Yahudi, Kristen, dan Amerika. Hal itu terlihat pada diri Osama dan kelompok Afganistan-nya (hal 8, 189, dan 393). Fundamentalisme Kristen berkaitan dengan ideologi neoimperialis yang diperankan Bush sebagai kelanjutan keberhasilan industrialisasi dengan ekses kehampaan jiwa seperti peran Bush (hal 159). Fundamentalisme Katolik dibangun dari penolakan atas modernitas dengan menempatkan Paus sebagai simbol kesempurnaan. Sementara fundamentalisme Yahudi berbasis keyakinan atas Palestina sebagai tanah keberkatan, satu-satunya yang dihadirkan Tuhan untuk kaum Yahudi dengan Zionis-nya (hal 161).

Ini adalah buku pertama yang terbit di Indonesia yang mengupas terorisme dengan fokus dua tokoh utama, seolah mewakili peradaban Timur dan Barat. Kehidupan dunia global terbelah ke dalam dua kekuatan ekstrem. Islam, di satu sisi, dan Barat yang Yahudi dan Kristen, di sisi lain, yang saling menghancurkan seolah membenarkan tesis Huntington tentang benturan peradaban.

Habitat terorisme

Ajaran agama-agama yang disusun pada saat kekerasan mendominasi kehidupan dapat membuat tradisi keagamaan sebagai habitat terorisme. Kehendak Tuhan diklaim sepihak dengan menempatkan pihak lain sebagai pembangkang yang karenanya bisa diperlakukan sebagai makhluk tanpa status. Cara pandang ini diurai Hendropriyono yang bisa membuat kelompok keagamaan garis keras, yang kadang menyebut diri sebagai penganut Wahabi atau Ikhwanul Muslimin (hal 394), merah telinga.

Penulis juga membahas beberapa kelompok Muslim yang selama ini dikenal memiliki pemahaman yang cenderung harfiah, seperti Wahabi, Salafi, dan Ikhwanul Muslimin (hal 165). Dalam pengantarnya, Zuhairi Misrawi menyebut Wahabisme sebagai paham yang bisa menjadi habitat teorisme melahirkan pengantin-pengantin bom bunuh diri (hal xix). Penyebutan beberapa kelompok itu bisa menimbulkan salah paham, tetapi buku ini memang layak dibaca dan dicermati mereka yang selama ini dikenal sebagai mayoritas bisu (silent mayority).

Mayoritas bisu itu perlu membuktikan secara proaktif bahwa penganut Islam lebih pro jalan damai dalam mencapai kehidupan surgawi yang dicita-citakan bermanfaat bagi semua orang dari beragam bangsa dan pemeluk agama, dan yang tidak beragama sekalipun. Dunia beradab menunggu bukti bahwa jalan pedang bukanlah jalan otentik penyebaran Islam. Jihad juga berarti perjuangan menegakkan keadilan dan kebahagiaan semua manusia dari beragam agama dan yang tidak beragama, bukan hanya bagi yang menyatakan memeluk Islam (hal 396).

Bagaimanapun, pemeluk semua agama merindukan kebebasan dan kedamaian memuji dan beribadah kepada Tuhan. Negeri ini mempunyai pengalaman mencari solusi atas perbedaan keyakinan keagamaan dan ideologi dalam mencapai tujuan hidup bersama di bawah formula kebangsaan tanpa mengurangi ruang berjihad di jalan Tuhan yang diyakini. Masalahnya, bagaimana Pancasila menangkal terorisme di Tanah Pertiwi, sebagaimana dahulu mengatasi perbedaan mencapai Indonesia merdeka (hal 362).

Catatan penting yang perlu diberikan pada buku ini ialah kajian terhadap ideologi kekerasan yang bersumber pada keyakinan keagamaan yang terkait dengan paham Wahabi, Salafi, dan Ikhwanul Muslimin kurang luas, tajam, jernih, dan mendalam. Hal itu bisa menimbulkan reaksi tidak sehat dari pihak-pihak yang selama ini menempatkan berbagai ajaran jihad dan sikap eksklusif dari paham itu sebagai sumber rujukan meski tidak secara terbuka mengaku sebagai penganutnya.



* Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Anggota Komnas HAM


Sumber: Kompas, Kamis, 17 Desember 2009    

Mereka Bilang Kita Orang Indonesia: Desain Kebudayaan Nusantara


Peresensi: Ecep Heryadi
Penyusun  : Giat Wahyudi
Pengantar : Guruh Sukarno Putra
Penerbit    : Taman Mini Indonesia Indah
Edisi         : Cetakan I, 2010
Tebal        : 327 halaman
Mayoritas bangsa ini, secara umum, telah mengalami degradasi nilai-nilai kecintaan dalam bentuk patriotisme, kepahlawanan dan kebangsaan.

Tak hanya gerusan arus budaya asing yang menjadi sebab, melainkan kesadaran kolektif yang membentuk aras kesadaran bernegara kita—khususnya kaum muda—yang tak bangga lagi menyanyikan “Indonesia Raya” sebagai pemersatu bangsa, atau “berjiwa merah putih” sebagai personifikasi dari kecintaan akan tanah air.
Jika demikian, alangkah baiknya jika kita kembali melakukan permenungan mendalam akan nasib eksistensi bangsa kita ke depan, yang secara menyedihkan sudah banyak ditanggalkan justru oleh kaum penerusnya sendiri. Sepatutnya jika kita membuka lembar-lembar historisitas yang mampu mentrigger semangat kebangsaan dan kegotongroyongan, sebagaimana pernah ditekankan oleh Presiden Soeharto tatkala meresmikan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) medio 70-an. Iya, TMII tak hanya lantas dipandang sebagai suatu area pariwisata semata, namun disegenap bangunan-bangunannya tersimpan rapi memori kolektif bangsa ini yang sarat akan kebanggaan.
Sejatinya, apresiasi mendalam patut diberikan kepada Giat Wahyudi yang kembali merangkai bunga rampai mengenai kebudayaan dan perkembangannya, yang sejatinya bertumpu pada jati diri bangsa: nilai-nilai kegotong-royongan. Memang tepat buku ini lantas diberikan judul Mereka Bilang Kita Orang Indonesia: Desain Kebudayaan Nusantara, yang meski “Indonesia” merupakan hasil penamaan bukan oleh orang Indonesia, menyimpan etos dan spiritisme kesatuan budaya dan multietnisitas sehingga terangkum dalam keindonesiaan kita.
Maksud dari disusunnya buku ini, yang salah satunya dipelopori oleh Ade F. Meyliala, Direktur Operasional TMII, yakni ditujukan untuk menggugah kecintaan segenap anak bangsa, walau berbagai problem berbangsa dan kohesifitas sosial masih urung dipetik. Sebuah upaya yang patut diberikan penghargaan.
Substansinya, buku ini tersusun dari tiga bagian yang totalnya terdiri dari 30 bab. Bagian pertama (terdiri dari enam bab), berisi ihwal narasi kebudayaan yang membentangkan tiga aspek yakni geografis, sosial, dan budaya negeri ini yang berada di “perempatan” lalu lintas internasional. Sebab itu, proses asimilasi budaya tak bisa dielakkan. Tokoh-tokoh untuk mengulas hal inipun dihadirkan dalam kodifikasi bunga rampainya, semisal, Franz Magnis Suseno, AB. Lapian, Denys Lombard, Abdurrahman Apatji, Mun’in DZ.
Bagian keduanya, menampilkan secercah pemikiran lepas para pemikir, intelektual dan budayawan untuk berbicara mengenai kebhinekaan dan cinta tanah air. Bagian penutup, sebenarnya menjadi esensi pentingnya, yakni berkenaan dengan pembahasan mengenai hakikat dibangunnya TMII sebagai lokasi wisata budaya untuk meningkatkan kesadaran dan kemajuan berbudaya bangsa Indonesia.
Buku ini layak dibaca ditengah krisis kesadaran berbudaya yang kian hari, kian menuju titik nadir.
Penulis adalah Analis Politik UIN Jakarta, Peneliti di International Studies for Peace, Prosperity and Democracy (ISEAC) Jakarta

Jika Orang Jawa Menjadi Teroris


Sumber: Kompas, 12 Juli 2011
Judul Buku: Orang Jawa Jadi Teroris
Peresensi: Ahmad Faozan
Penulis:  M.Bambang Pranowo
Penerbit: Pustaka Alvabet dan Lakip Jakarta
Tahun: Februari 2011
Tebal: 300 halaman
Bagi sebagian masyarakat mempersepsikan orang Jawa adalah orang yang ramah, santun, religius, dan suka mengalah. Karakter orang Jawa, kemudian disimbolkan dalam perwayangan  dengan Pandawa Lima. Yakni, Puntodewo, Werkudoro, Arjuna, Nakula, dan Sadewo. Puntodewo, Nakula, dan Sadewa di artikan sebagai tokoh yang lemah-lembut dan selalu mengalah.
Sedangkan, Arjuna sebagai tokoh yang pandai, baik dalam diplomasi maupun perang. Sedangkan, Werkudoro tokoh yang lurus, pemberani, dan pantang menyerah. Lantas, bagaimana dengan banyaknya orang Jawa yang menjadi teroris apakah masih pantas orang Jawa di simbolkan dengan Pandawa Lima?
Mayoritas penduduk  Jawa Muslim. Islam di sebarluaskan oleh para Walisongo. Seiring dengan isu teroris di dunia mencuat pasca tragedi 11/9 di Amerika banyak kaum radikal kemudian menyebarkan panji-panji Jihad untuk memerangi kaum kafir seperti orang Amerika, Eropa dan negara-negara non Muslim lainnya yang ada jawa. Bangsa Indonesia, khusunya Jawa  di jadikan sebagai tempat dakwah ideologi radikal. Banyak generasi muda orang Jawa di ajak untuk berjihad. Dengan dalih, Jihad suci sesuai perintah Agama dan di jamin akan masuk surga. Akhirnya, banyak orang-orang muda jawa terperangkap yang kemudian menjadi teroris akibat di cekoki ideologi radikal. Seperti, Amrozi, Imam Samudera, Abu Dujana, dan Abu Bakar Baasyir dll.
Terorisme telah menebar kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat.. Dan, sewaktu-sewaktu ia mampu mengebom dan membuat ancaman secara mengejutkan.  Citra Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi pemeluknya di bungkus dengan kebencian dan makian oleh kaum radikalisme. Misi dakwah kaum radikal yang sukses mendapat pengikut banyak di Jawa. Setelah sukses mengembangkan jaringan di Jawa akhirnya, kini Jawa di jadikan sebagai tempat pengendali aksi gerakan terorisme di Indonesia. Sekalipun, para gembong teroris tersebut kini sudah banyak yang sudah tertembak mati dan tertangkap hidup-hidup namun, masih saja bermunculan wajah-wajah baru pelaku teroris. Ibarat mati satu tumbuh seribu.
Buku bertajuk” Orang jawa menjadi teroris” karya Bambang Pranow berusaha membeberkan mengapa banyak orang Jawa terseret menjadi teroris. Padahal, orang Jawa sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, dan religius tidak mudah di pengaruhi oleh paham-paham lain yang bertentangan. Sebagaimana, Islam dapat masuk ke Jawa melalui akulturasi budaya. Berbeda dengan gerakan Islam radikal yang ada di Jawa mereka berdakwah dengan cara-cara picik dan licik.  Sebagaiman diketahui bahwa “Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi dll di gembleng secara fisik, psikologis, dan ideologis untuk melakukan perang dengan orang kafir yang harus di perangi ”.(Hal 18)
Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin kompleks fakto kemisikinan dan ketidakadilan yang di alami umat Islam nampaknya menjadi penyebab mereka teriur untuk ikut menjadi teroris. Dalam konteks inilah, buku ini penting untuk di baca. Buku yang merupakan bunga rampai dari sekumpulan artikel yang tercecer di mana-mana menarik kita baca. Buku ini, menggugah diri kita untuk bagaimana menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia khusunya di Jawa.  Dan, menjadikan inspirasi bagi kita untuk tidak membiarkan gerakan teroris di sekeliling kita.
Pembaca kan kesulitan mencari benang merahnya pada buku ini. Sebab, buku ini terdiri dari kumpulan opini yang beragam pembahasan. Namun begitu, Tidak kalah pentingnya kini adalah kesadaran semua pihak seperti Ulama, Cedekiawan, dan komponen masyarakat untuk ikut berpartispasi mengatasi berkembang biaknya paham terorisme.
Presensi adalah Ahmad Faozan, Santri Pondok Pesantren Tebuireng, kini tinggal di Yogyakarta.

AKIBAT PESAN BBM HMI BENTROK DENGAN MAHASISWA ALTRI


MERDEKA.COM, Puluhan massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terlibat bentrok dengan mahasiswa Akademi Litigasi Indonesia (Altri) di Jalan Percetakan Negara, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Bentrokan itu dipicu beredarnya pesan berantai yang tersebar di BlackBerry Messenger (BBM).

Pantauan merdeka.com, Senin (26/11) situasi di sekitar kampus Altri masih ramai oleh massa HMI yang berada di luar kampus. Sedangkan mahasiswa Altri masih tertahan di dalam kampus.

Polisi yang berjumlah puluhan tampak berjaga di dalam dan di luar kampus. Kini, Kapolsek Cempaka Putih, Kompol Adhi Santika sedang berdiskusi dengan pihak kampus terkait masalah tersebut.

Berikut pesan singkat yang beredar sehingga menyebabkan bentrokan tersebut pecah di depan kampus Altri.

"Jangan masuk hmi, itu himpunan mahasiswa anarki.... Intiny SESAT.. Bagi yang belum tahu siapa pengirimnya.tanggung jawab di gua. Gua sentra arga smester 1 C," demikian isi tulisan yang tersebar.

Sebelumnya, HMI terlibat bentrok dengan mahasiswa Akademi Litigasi Indonesia (Altri) di Salemba. Bentrok terjadi saat puluhan massa HMI mendatangi kampus Altri. HMI menuding ada salah seorang mahasiswa Altri telah menyebarkan pesan singkat yang isinya mendiskreditkan HMI.

Namun pihak kampus dan mahasiswa menolak tudingan tersebut. Akibatnya terjadi bentrok di kedua kubu. Bahkan salah seorang mahasiswa Altri sempat dikeroyok oleh beberapa aktivis HMI.

Melihat kejadian tersebut, mahasiswa Altri lainnya tidak terima dan melakukan perlawanan sehingga terjadi bentrok di depan kampus. Bentrok berlanjut dengan aksi saling kejar kedua kubu.

Polisi akhirnya membawa seorang mahasiswa Altri ke Polsek Cempaka Putih untuk meredam aksi. Mahasiswa yang dibawa dengan menggunakan mobil patroli tersebut diduga si penyebar pesan berantai.
Sumber: Merdeka.com

Sunday, November 25, 2012

Kelompok anti Presiden Mursi terus gelar unjuk rasa

- Para penentang Presiden Mesir Mohammed Mursi mendirikan tenda di pusat kota Kairo, melanjutkan protes terhadap dekrit yang memberi kewenangan tanpa batas kepada presiden.

Mereka mengecam dekrit yang memberikan Presiden Mursi kewenangan tanpa batas karena keputusan presiden tidak bisa dicabut oleh lembaga apa pun, termasuk peradilan.

Dekrit ini juga memancing kemarahan massa anti presiden yang ditandai dengan serangan terhadap kantor-kantor Ikhwanul Muslimin, yang merupakan payung Partai Kebebasan dan Keadilan, di sejumlah kota.

Sedangkan di Alexandria, sebelumnya terjadi bentrokan antara kelompok penentang dan pendukung Presiden Mursi.

Pendukungnya -yang juga menggelar aksi unjuk rasa di beberapa kota- menegaskan dekrit hanya bersifat sementara untuk melindungi revolusi yang menjatuhkan Presiden Husni Mubarak tahun lalu.

Pada Jumat (23/11) malam, para pengunjuk rasa mendirikan sekitar 20 tenda di Tahrir Square, di pusat kota Kairo. Di tempat inilah warga Mesir merayakan kemenangannya setahun silam saat berhasil menumbangkan Presiden Hosni Mubarak.

Pihak pemrotes mengklaim, unjuk rasa ini didukung lebih dari 20 kelompok berbeda dan akan bertahan di tempat itu.

Diperkirakan jumlah demonstran anti Mursi berkisar antara ratusan hingga ribuan orang.


Pengawal stabilitas

Sebelumnya, kelompok oposisi di Mesir menyerukan aksi protes massal untuk melawan dekrit -- yang diterbitkan Presiden Mohammed Mursi -- yang memberinya kewenangan luar biasa dan dipandang sebagai kudeta melawan legitimasi negara.

Turunnya dekrit ini dikritik sebagai cara Mursi menempatkan diri sebagai "firaun baru" Mesir.

Dalam dekrit itu disebutkan bahwa keputusan presiden tak bisa diganggu-gugat oleh institusi manapun, termasuk oleh lembaga peradilan.

Namun menurut kubu pendukungnya, dekrit ini akan melindungi amanat revolusi Mesir. Sementara kubu oposisi berpendapat sebaliknya.

Unjuk rasa kelompok penentang Mursi di Tahrir Square pada Jumat malam, sempat bentrok dengan aparat polisi, yang diwarnai tembakan gas airmata dan lemparan bom molotov.

Polisi menembakkan gas air mata dan demonstran melemparkan bom bensin.

Terhadap unjuk rasa yang menentannya, Presiden Mursi di istana presiden pada Jumat, mengatakan dia merupakan pengawal stabilitas politik, ekonomi dan sosial dalam negeri, tetapi dia juga mengutarakan menginginkan kehadiran "oposisi sejati, dan oposisi yang kuat".

Perkembangan terakhir di Mesir ini menimbulkan kekhawatiran pemerintahan Presiden AS Obama.


Sumber: Detik.com

Tak Terima Disebut Pemeras BUMN, M Hatta Laporkan Dahlan Iskan ke SBY

Solo - Anggota Komisi XI DPR RI dari F-PAN, Muhammad Hatta berencana melaporkan Menteri BUMN Dahlan Iskan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dahlan dinilai menebar tudingan bahwa sejumlah anggota DPR memeras BUMN, tidak benar. Hatta juga mendesak Presiden segera melakukan evaluasi terhadap kinerja menteri yang sering bertindak tidak bertanggungjawab itu.

"Saya sudah mempersiapkan suratnya, besok atau lusa surat tersebut akan saya kirimkan kepada Presiden. Tembusannya akan kami sampaikan ke Wapres, Mensesneg, Seskab, dan UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan)," ujar M Hatta kepada wartawan di Solo, Senin (26/11/2012).

Dalam surat tersebut, lanjut Hatta, dia mendesak kepada Presiden untuk menegur keras dan melakukan evaluasi kinerja Dahlan Iskan selama ini yang dinilai tidak bertanggung jawab. Jabatan yang membawahi lebih dari 100 BUMN, kita sangat menyayangkan jika dipegang oleh seorang dengan kualitas pribadi dan moralitasnya perlu dipertanyakan karena sering menyebarkan fitnah.

"Jika dibiarkan, apa yang dilakukan Dahlan Iskan ini bisa menjadi preseden buruk bagi keberlangsungan penyelenggaraan negara. Kami berharap tidak perlu ada konflik antara eksekutif dengan legislatif yang diciptakan oleh oknum anggota kabinet. Sejauh ini belum pernah ada menteri yang suka memfitnah-fitnah orang seperti ini sebelum dia (Dahlan)," lanjut Hatta.

Muhammad Hatta dilaporkan sebagai salah satu anggota DPR Komisi XI yang melakukan pemerasan kepada pimpinan PT Merpati pada pertemuan antara Komisi XI dengan pimpinan PT Merpati pada tanggal 1 Oktober 2012 lalu. Nama Hatta muncul sebagai ganti dari M Ikhlas El Qudsi yang batal dilaporkan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Hatta membantah keras tudingan itu. Dia menunjukkan bukti bahwa pada tanggal dan jam tersebut dirinya tidak mengikuti acara di DPR karena sedang berada di Klaten, Jateng, melakukan sosialisasi UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama seorang anggota Komisi XI lainnya dan Dewan Komisioner OJK. Kepada wartawan Hatta menunjukkan 42 lembar foto dokumentasi acara di Klaten tersebut.

"Yang saya lakukan ini adalah langkah pribadi saya. Meskipun saya sadar inilah risiko politik, tapi saya dan keluarga saya cukup terguncang dengan tudingan tidak berdasar ini. Karena itulah kami mengadukan pelakunya ke atasannya. Sedangan langkah yang hukumnya, saya dan semua anggota DPR yang difitnah oleh Dahlan Iskan telah menyerahkan langkah-langkahnya kepada Pak Warsito Sanyoto sebagi kuasa hukum kami," ujarnya.

Sumber: Detik.com

PEMERINTAH TINGKATKAN PROFESIONALISME GURU


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengaku sudah melakukan segala upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru Indonesia. Karena itu, para guru diminta untuk bersungguh-sungguh menjalankan profesinya sebagai pendidik generasi masa depan bangsa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh saat memimpin upacara peringatan Hari Guru Nasional di Jakarta, Senin (26/11/2012), menyebutkan peningkatan profesionalitas guru dilakukan dengan uji kompetensi awal (UKA), uji kompetensi guru (UKG), pengukuran kinerja guru, dan peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pendidikan keguruan (LPTK).
Di sisi lain, para guru juga diminta untuk menegakkan kode etik guru (KEG) dan prinsip-prinsip profesionaliatas sesuai dengan amanat perundang-undangan. Nuh mengatakan penegakkan KEG menjadi penentu kelayakan guru dalam menjalankan tugas profesionalitasnya.
"Selamat berhari Guru, harinya orang-orang mulia, yang bertugas menyiapkan kemuliaan peserta didik menjadi generasi masa depan yang lebih mulia," kata Nuh.  

Sumber: Kompas.com                          

TAFSIR TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI


TAFSIR TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI

MEMORI PENJELASAN
TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI
“Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu: (QS. Al-Maidah : 3).
“Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif) (QS. Al-Ankabut : 69).
Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.
Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.
Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan politik.
Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).
Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.
Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesian.
Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afin.
Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.
Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.
Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.
Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.
Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.
Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.
Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.
TAFSIR TUJUAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PENDAHULUAN
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinga dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.
Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu :
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.
II. MOTIVASI DASAR KELAHIRAN DAN TUJUAN ORGANISASI
Sesungghnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.
Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebaha giaanhidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.
Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.
Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.
Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan dengan “kehidupan yang adil dan makmur”.
Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Easa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
III. BASIC DEMAND BANGSA INDONESIA
Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4 Anggaran Dasar tersebut adalah dalam rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 gunamemformulasikan dan merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode yaitu:
a) Periode (Masa) Penjajahan
Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakaan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa.
b). Periode (Masa) Revolusi
Periode ini adalah masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didoorong oleh keinginan yang luhur maka bangsaIndonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu dibutuhkan adalah “solidarity making” diantara seluruh kekuatan nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan nasional tipe solidarity maker.
c) Periode (Masa) Membangun
Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangannya maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.
Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang “problem solver” yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlaksehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesiake dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan. Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaandengan tegas tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 dalam alinea kedua.
Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita capai tetapi tujuan ke-3 sekarang sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur hanya akan ter bina dan terwujud dalam suatu pembaharuan dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa.
IV. KUALITAS INSAN CITA HMI
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMIdi dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
· Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
· Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
· Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
· sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
· Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
· Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
· Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
· Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
· Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam
· Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
· Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islamIndonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
· Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
· Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
· Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
· Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
· Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
· Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard”yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.
V. TUGAS ANGGOTA HMI
Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan-pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi perkembangan potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen untuk itu :
· Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT.
· Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran
· Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.
· Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif
· Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan:
° Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya dengan penuh gairah.
° Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.
° Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan
° Salalu hadir dalam forum ilmiah
° Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan
° Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam memngambil peran dalam kegiatan HMI
° Mengadakan kalaqah-kalaqah perkaderan dimasjid-masjid kampus
Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap Anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.
Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan “Intelektual community” atau kelompok intelegensi yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).
Wabillahittaufiq wal hidayah.