Aksi Damai Peduli Konflik Lamsel

HMI Komsospol Unila dan gabungan komunitas se Bandar Lampung di Tugu Adipura Bandar Lampung.

Basic Training HMI Komsospol Unila

Suasana Basic Training di gedung KNPI Lampung.

Sekretariat HMI Komsospol Unila

Jl. Danau Tondano No 35 Kedaton Bandar Lampung.

Alumni HMI Komsospol Unila

Pengkaderan dari masa ke masa untuk umat dan bangsa.

Senior dan Alumni HMI Komsospol Unila

Semangat membimbing dan berbagi. Yakin Usaha Sampai !

Prolog. HMI Komisariat Sosial Politik Universitas Lampung.

Menghadirkan sebuah Blog merupakan langkah HMI go Public. Dimana semangat berorganisasi dan menyampaikan kepada khalayak tentang aktifitas dan perjuangan selama ber-HMI dipandang sangat perlu, dengan harapan masyarakat dapat mengetahui eksistensi HMI. Namun diluar dari pada itu, menghadirkan blog semacam ini merupakan wahana belajar untuk kader agar dapat berkreatifitas dalam mengelola sebuah media, sebagai bentuk sinergitas HMI dengan zaman. Kepada setiap pembaca, dengan segala hormat kami sangat menyadari akan kekurangan maupun kelebihan kami kami dalam menyajikan blog ini. Untuk itu kami sangat mengaharapkan sekali kritik dan saran, sebagai upaya untuk mencapai kesempurnaan, meski untuk mencapai titik kesempurnaan sangatlah sulit dan subyektif sifatnya. Akhirnya, semoga Blog Komisariat Sosial dan Politik Unila ini dapat bermanfaat dan menjadi stimulus pembaca dalam berkreatifitas dan menjadi warisan turun menurun untuk dikelola oleh generasi selanjutnya.

Yakin Usaha Sampai

Tuesday, April 26, 2016

ketua umum HmI KOMSOSPOL Unila

Tuesday, June 18, 2013

Mahasiswa: “Akademik dan Organisasi”


Pada dasarnya setiap proses selalu ada pilihan yang  selalu menuntut kita masuk kedalam sebuah masalah lalu kitapun diharuskan untuk menyelesaikannya demi mencapai sebuah keberhasilan, semua itu harus melalui tahap demi tahap mulai dari manajemen yang matang ataupun pendapat untuk mendeskripsikannya terhadap lingkungan kita.
Berbicara tentang mahasiswa, berarti berbicara intelektualisme, akademik, organisasi, hedonis, overtunis hingga istilah-istilah yang memang diciptakan dan kemudian menimbulkan sebuah perdebatan yang memang layak untuk didiskusikan. Saya ingin bercerita sedikit ketika saya mulai menjadi mahasiswa hingga saya lepas dari gelar mahasiswa. Istilah yang tak asing disandang oleh mahasiswa adalah Agen Perubahan dan Agen Control. Saat menyandang gelar mahasiswa saya begitu bangga dan merasa sangat gagah, bermimpi kelak menjadi orang yang sukses, menguras pikiran agar bisa memunculkan sebuah ide-ide yang baru dan kemudian mendapatkan kemenangan-kemenangan kecil, kadang juga terpuruk dikarnakan terhamat oleh lingkungan, dana bahkan strateginya pun terkadang salah. kemudian coba kembali bangkit untuk mencoba yang teori baru dari ide yang kembali muncul dan itulah sebenarnya nilai seorang mahasiswa. Namun tak sedikit mahasiswa yang hanya mementingkan akademik semata dan mengesampingkan organisasi yang sebenarnya hal yang tanpa disadari kewajiban bagi seorang mahasiswa wajib aktip dalam organisasi, banyak mahasiswa berpendapat jika aktip diorganisasi IP nya akan anjlok, padahal teori itu salah besar. Saya mendapatkan IPK 3 dan saya sangat aktip di organisasi dan  bukan berarti  saya tidak melewati hal-hal buruk yang sering dilakukan oleh mahasiswa yang mereka sebut hedonis. Saat di semester satu saya sering meninggalkan kuliah, hobi ngeluyur, minum alcohol bareng temen-temen bahkan hal-hal buruk lainnya namun semua itu hanya sekedar untuk hiburan saja dalam kejenuhan sebagai mahaiswa. Saat saya menjadi mahasiswa saya paling dikenal anarkis karena mulai dari tahun pertama hingga tahun ketiga saya selalu tutup dengan berantem di kampus, dikalangan mahasiswa fakultas sospol saya cukup disegani tapi saya sebenarnya bukan tipikal orang yang kasar ataupun mencari sensasi, itu dikarnakan saya kurang control emosi dan memang sayapun merasa bahwa saya seorang yang tempramen.
Berbicara akademik bagi saya adalah hal yang paling vital dan utama karena tujuan kita masuk perguruan tinggi adalah kuliah dan mendapatkan nilai dan IP yang  tinggi demi tanggung jawab terhadap orang tua kita, dan wajib bagi kita untuk belajar tekun demi akademik yang cemerlang agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, namun Ip bukan patokan bagi seorang mahasiswa cerdas. Bagi saya Ip besar buhan sebuah kebanggaan  Bagi saya Ip besar buhan sebuah kebanggaan yang luar bisa jika tidak didukung oleh Etika dan bagaimana ia bisa diterima di lingkungannya ataupun masyarakat nantinya karena Nilai itu bukan hanya tertulis dikertas tapi harus juga tertanam dalam kepribadian seseorang.
Berbicara tentang organisasi artinya sebagai mahasiswa kita wajib untuk belajar bemasyarakat, bersosialisasi, mempengaruhi, berdiskusi dan belajar mempertahankan pendapat dan meraih kemenangan-kemenangan kecil dan semua itu didapat dalam Organisasi. Diorganisasi kita belajat tentang manajemen, strategi dan taktik, cara melobbi, bahkan bagai mana menjadi seorang pemimpin yang arif. Saya menyimpulkannya organisasi itu ibarat sepasang Suami & istri, bisa kita pikirkan sendiri bagai mana seorang suami & istri bersinergi antara satu dan yang lain dan melahirkan keturunan yang baru.
Akademik itu menuntut kita untuk memahami teori-teori dan perencanaan yang matang, dan organisasi menuntut kita bagai mana cara mengaplikasikannya sehingga semua berjalan sesuai rencana kita dan menghasilkan apa yang memang kita cita-citakan, dan menurut saudara apa….???/

Thursday, April 4, 2013

Taman Belajar Komsospol; Fun, Educatif dan Kreatif

Senin 4 maret 2013 adalah hari bersejarah bagi kami keluarga besar HMI Komsospol Unila. Berbekal semangat untuk bersama mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanah Undang-undang dasar 1945  HMI Komsospol Unila melaunching sebuah kegitan belajar mengajar bertajuk "Taman Belajar Komsospol". Acara ini diselenggarakan di daerah pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya di Kecamatan Bumi Waras, kelurahan Bumi waras Lk 1 Rt 5. Kegiatan ini merupakan komitmen HMI untuk terus mengembangkan dunia pendidikan di daerah Lampung sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat sesuai dengan tujuan dilahirkannya HMI.

Dalam pelaksanaannya taman belajar komsospol diselenggarakan secara rutin pada hari jum'at jam 15.30 sampai dengan selesai sekitar pukul 18.00. Tenaga pendidik dari taman belajar ini merupakan kader-kader aktif HMI komsospol yang dibantu oleh rekan-rekan mahasiswa di luar HMI yang memiliki komitmen dan kepedulian yang sama terhadap kewajiban mengembangkan dunia pendidikan tanah air. Sementara peserta didik dari taman belajar ini merupakan siswa setingkat SD dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang berdomisili di daerah sekitar lokasi. Kegiatan ini juga terbuka untuk siapa saja anak-anak yang ingin belajar terutama untuk anak-anak putus sekolah atau mereka yang mengalami kesuliatan secara finansial.
Acara yang diselenggarakan secara sederhana ini mengusung konsep fun, educatif dan kreatif. adik-adik di taman belajar komsospol akan diajak belajar dengan diselingi permainan dan penanaman nilai-nilai karakter yang kuat. Dalam acara launching tersebut juga diserahkan bantuan berupa buku-buku pelajaran untuk dijadikan perpustakaan mini agar proses belajar mengajar menjadi semakin optimal. Buku-buku yang disalurkan merupakan bantuan dari para donatur yang telah dikumpulkan oleh panitia sebelumnya.

Dalam perkembangannya kedepan kita berharap taman belajar ini bisa berjalan lebih maksimal dan semakin lebih baik lagi. Di beberapa pertemuan juga akan di proses belajr mengajar juga akan di selenggarakan dengan menggunakan tekhnologi yang lebih modern sehingga peserta didik semakin interest dengan dan tidak merasa bosan. Berbagai kegiatan tambahan juga akan di berikan untuk peserta didik sehingga mereka juga memiliki kemampuan dan keahlian yang dapat menjadi modal lebih untuk mereka nantinya. Kita juga mengajak selutuh pihak untuk bersama-sama berkontribusi terhadap perkembangan taman belajar komsospol ini. kami  membuka kesempatan seluasluasnya bagi siapa saja yang ingin mengembangkan kegiatan ini baik bantuan materil, moril, fasilitas maupun kerjasama di segala bidang. Kami juga mengucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan ini. Bahagia HMI.



Wednesday, February 20, 2013

HMI Komsospol Gelar Pengobatan Gratis

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Memperingati milad Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang ke-66, HMI Komisariat Sosial Politik (Komsospol) Universitas Lampung (Unila) mengadakan kegiatan sosial.

Yakni berupa pengobatan gratis yang digelar di Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, diberi tajuk HMI Komsospol Mengabdi.

Ketua Umum HMI, Ahmad Erlangga Ferdianto mengatakan, tujuan diadakan kegiatan ini sebenarnya sebagai bentuk aplikasi  HMI terutama Komsospol Unila dalam rangka mengaktualisasikan lima kualitas insan cita yang kelima, yaitu insan pengabdi dari HMI Komsospol.

"Kegiatan ini juga sekaligus dalam rangka memperingati milad HMI ke 66 yang jatuh pada tanggal 5 Febuari 2013 kemarin," kata Angga, sapaan akrab Ahmad Erlangga Ferdianto, ketika ditemui Tribun Lampung, Minggu (17/2/2013) di lokasi.

Menurutnya, kenapa HMI Komsospol mengadakan kegiatan tersebut adalah karena memang selama ini gerakan mahasiswa jarang sekali yang menyentuh ke ranah publik. "Iya, jarang sekali artinya kurang peka terhadap kondisi-kondisi sosial seperti ini," bebernya.

Angga juga berharap, dengan diadakannya kegiatan sosial ini mudah-mudahan dapat menjadi stimulus untuk mahasiswa lain. "Atau organisasi mahasiswa lain agar kedepannya gerakan mahasiswa tidak hanya dalam ranah teoritis seperti aksi terus," harap Angga. (Tribunlampung.co.id/Noval Andriansyah)




Friday, January 25, 2013

Cinta Adalah

Jangan kau redupkan sinarku dangan awan tebal,
karna aku bintang kecil yang setia menyinarimu.
jangan kau beri penghalang bagi langkahku.
karna aku adalah seekor siput yang merangkak untuk menggapai hatimu.

mungkin aku bukan kertas bersih yang bisa kau lukis dengan indah.
tapi warna dalam lembarku berusaha melengkapi indahnya karyamu.
aku bukanlah sebuah pohon rindang yang mampu melindungimu dari hujan.
tapi aku pohon kecil yang slalu tumbuh agar bisa melindungimu.

trima aku, seperti kau memperlakukan orang bodoh untuk menjadi pintar,
dan hargailah perjuanganku meskipun itu kecil dimatamu.

kau tau kau adalah bidadari suci yang kuharap menuntunku ke surga.
dan kau tau kau hatimu adalah tempat terindah yang ingin kutempeti selamanya..

                                                                                                                                   Iin Tajudin

Wednesday, December 19, 2012

Pan Islamisme- Komunisme (Tan Malaka:1922)


ni adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat pada tanggal 12 Nopember 1922. Menentang thesis yang didraf oleh Lenin dan diadopsi pada Kongres Kedua, yang telah menekankan perlunya sebuah “perjuangan melawan Pan-Islamisme”, Tan Malaka mengusulkan sebuah pendekatan yang lebih positif. Tan Malaka (1897-1949) dipilih sebagai ketua Partai Komunis Indonesia pada tahun 1921, tetapi pada tahun berikutnya dia dipaksa untuk meninggalkan Hindia Belanda oleh pihak otoritas koloni. Setelah proklamasi kemerdekaan pada bulan Agustus 1945, dia kembali ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Dia menjadi ketua Partai Murba (Partai Proletar)), yang dibentuk pada tahun 1948 untuk mengorganisir kelas pekerja oposisi terhadap pemerintahan Soekarno. Pada bulan Februari 1949 Tan Malaka ditangkap oleh tentara Indonesia dan dieksekusi.

Kamerad! Setelah mendengar pidato-pidato Jenderal Zinoviev, Jenderal Radek dan kamerad-kamerad Eropa lainnya, serta berkenaan dengan pentingnya, untuk kita di Timur juga, masalah front persatuan, saya pikir saya harus angkat bicara, atas nama Partai Komunis Jawa, untuk jutaan rakyat tertindas di Timur.

Saya harus mengajukan beberapa pertanyaan kepada kedua jenderal tersebut. Mungkin Jenderal Zinoviev tidak memikirkan mengenai sebuah front persatuan di Jawa; mungkin front persatuan kita adalah sesuatu yang berbeda. Tetapi keputusan dari Kongres Komunis Internasional Kedua secara praktis berarti bahwa kita harus membentuk sebuah front persatuan dengan kubu nasionalisme revolusioner. Karena, seperti yang harus kita akui, pembentukan sebuah front bersatu juga perlu di negara kita, front persatuan kita tidak bisa dibentuk dengan kaum Sosial Demokrat tetapi harus dengan kaum nasionalis revolusioner. Namun taktik yang digunakan oleh kaum nasionalis seringkali berbeda dengan taktik kita; sebagai contoh, taktik pemboikotan dan perjuangan pembebasan kaum Muslim, Pan-Islamisme. Dua hal inilah yang secara khusus saya pertimbangkan, sehingga saya bertanya begini. Pertama, apakah kita akan mendukung gerakan boikot atau tidak? Kedua, apakah kita akan mendukung Pan-Islamisme, ya atau tidak? Bila ya, seberapa jauh kita akan terlibat?

Metode boikot, harus saya akui, bukanlah sebuah metode Komunis, tapi hal itu adalah salah satu senjata paling tajam yang tersedia pada situasi penaklukan politik-militer di Timur. Dalam dua tahun terakhir kita telah menyaksikan keberhasilan aksi boikot rakyat Mesir 1919 melawan imperialisme Inggris, dan lagi boikot besar oleh Cina di akhir tahun 1919 dan awal tahun 1920. Gerakan boikot terbaru terjadi di India Inggris. Kita bisa melihat bahwa dalam beberapa tahun kedepan bentuk-bentuk pemboikotan lain akan digunakan di timur. Kita tahu bahwa ini bukan metode kita; ini adalah sebuah metode borjuis kecil, satu metode kepunyaan kaum borjuis nasionalis. Lebih jauh kita bisa mengatakan; bahwa pemboikotan berarti dukungan terhadap kapitalisme domestik; tetapi kita juga telah menyaksikan bahwa setelah gerakan boikot di India, kini ada 1800 pemimpin yang dipenjara, bahwa pemboikotan telah membangkitkan sebuah atmosfer yang sangat revolusioner, dan gerakan boikot ini telah memaksa pemerintahan Inggris untuk meminta bantuan militer kepada Jepang, untuk menjaga-jaga kalau gerakan ini akan berkembang menjadi sebuah pemeberontakan bersenjata. Kita juga tahu bahwa para pemimpin Mahommedan di India – Dr. Kirchief, Hasret Mahoni dan Ali bersaudara – pada kenyataannya adalah kaum nasionalis; kita tidak melihat sebuah pemberontakan ketika Gandhi dipenjara. Tapi rakyat di India sangat paham seperti halnya setiap kaum revolusioner disana: bahwa sebuah pemberontakan lokal hanya akan berahir dalam kekalahan, karena kita tidak punya senjata atau militer lainnya di sana, oleh karena itu masalah gerakan boikot akan, sekarang atau di hari depan, menjadi sebuah masalah yang mendesak bagi kita kaum Komunis. Baik di India maupun Jawa kita sadar bahwa banyak kaum Komunis yang cenderung ingin memproklamirkan sebuah gerakan boikot di Jawa, mungkin karena ide-ide Komunis yang berasal dari Rusia telah lama dilupakan, atau mu gkin ada semacam pelepasan mood Komunis yang besar di India yang bisa menentang semua gerakan. Bagaimanapun juga kita dihadapkan pada pertanyaan: apakah kita akan mendukung taktik ini, ya atau tidak? Dan seberapa jauh kita akan mendukung?

Pan-Islamisme adalah sebuah sejarah yang panjang. Pertama saya akan berbicara tentang pengalaman kita di Hindia Belanda dimana kita telah bekerja sama dengan kaum Islamis. Di Jawa kita memiliki sebuah organisasi yang sangat besar dengan banyak petani yang sangat miskin, yaitu Sarekat Islam. Antara tahun 1912 dan 1916 organisasi ini memiliki sejuta anggota, mungkin sebanyak tiga atau empat juta. Itu adalah sebuah gerakan popular yang sangat besar, yang timbul secara spontan dan sangat revolusioner.

Hingga tahun 1921 kita berkolaborasi dengan mereka. Partai kita, terdiri dari 13,000 anggota, masuk ke pergerakan popular ini dan melakukan propaganda di dalamnya. Pada tahun 1921 kita berhasil membuat Sarekat Islam mengadopsi program kita. Sarekat Islam juga melakukan agitasii pedesaan mengenai kontrol pabrik-pabrik dan slogan: Semua kekuasaan untuk kaum tani miskin, Semua kekuasaan untuk kaum proletar! Dengan demikian Sarekat Islam melakukan propaganda yang sama seperti Partai Komunis kita, hanya saja terkadang menggunakan nama yang berbeda.

Namun pada tahun 1921 sebuah perpecahan timbul karena kritik yang ceroboh terhadap kepemimpinan Sarekat Islam. Pemerintah melalui agen-agennya di Sarekat Islam mengeksploitasi perpecahan ini, dan juga mengeksploitasi keputusan Kongres Komunis Internasional Kedua: Perjuangan melawan Pan-Islamisme! Apa kata mereka kepada para petani jelata? Mereka bilang: Lihatlah, Komunis tidak hanya menginginkan perpecahan, mereka ingin menghancurkan agamamu! Itu terlalu berlebihan bagi seorang petani muslim. Sang petani berpikir: aku telah kehilangan segalanya di dunia ini, haruskah aku kehilangan surgaku juga? Tidak akan! Ini adalah cara seorang Muslim jelata berpikir. Para propagandis dari agen-agen pemerintah telah berhasil mengeksploitasi ini dengan sangat baik. Jadi kita pecah. [Ketua: Waktu anda telah habis]

Saya datang dari Hindia Belanda, dan menempuh perjalanan selama empat puluh hari
.[Tepuk Tangan]

Para anggota Sarekat Islam percaya pada propaganda kita dan tetap bersama kita di perut mereka, untuk menggunakan sebuah ekspresi yang popular, tetapi di hati mereka mereka masih bersama Sarekat Islam, dengan surga mereka. Karena surga adalah sesuatu yang tidak bisa kita berikan kepada mereka. Karena itulah, mereka memboikot pertemuanperetemuan kita dan kita tidak bisa melanjutkan propaganda kita lagi.

Sejak awal tahun lalu kita telah bekerja untuk membangun kembali hubungan kita dengan Sarekat Islam. Pada kongres kami bulan Desember tahun lalu kita mengatakan bahwa Muslim di Kaukasus dan negara-negara lain, yang bekerjasama dengan Uni Soviet dan berjuang melawan kapitalisme internasional, memahami agama mereka dengan lebih baik, kami juga mengatakan bahwa, jika mereka ingin membuat sebuah propaganda mengenai agama mereka, mereka bisa melakukan ini, meskipun mereka tidak boleh melakukannya di dalam pertemuan-pertemuan tetapi di masjid-masjid.

Kami telah ditanya di pertemuan-pertemuan publik: Apakah Anda Muslim - ya atau tidak? Apakah Anda percaya pada Tuhan – ya atau tidak? Bagaimana kita menjawabnya? Ya, saya katakan, ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim [Tepuk Tangan Meriah], karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia! [Tepuk Tangan Meriah] Jadi kami telah mengantarkan sebuah kekalahan pada para pemimpin mereka dengan Qur’an di tangan kita, dan di kongres kami tahun lalu kami telah memaksa para pemimpin mereka, melalui anggota mereka sendiri, untuk bekerjasama dengan kami.

Ketika sebuah pemogokan umum terjadi pada bulan Maret tahun lalu, para pekerja Muslim membutuhkan kami, karena kami memiliki pekerja kereta api di bawah kepemimpinan kami. Para pemimpin Sarekat Islam berkata: Anda ingin bekerjasama dengan kami, jadi Anda harus menolong kami juga. Tentu saja kami mendatangi mereka, dan berkata: Ya, Tuhan Anda maha kuasa, tapi Dia telah mengatakan bahwa di dunia ini pekerja kereta api adalah lebih berkuasa! [Tepuk Tangan Meriah] Pekerja kereta api adalah komite eksekutif Tuhan di dunia ini. [Tertawa]

Tapi ini tidak menyelesaikan masalah kita, jika kita pecah lagi dengan mereka kita bisa yakin bahwa para agen pemerintah akan berada di sana lagi dengan argumen Pan- Islamisme mereka. Jadi masalah Pan-Islamisme adalah sebuah masalah yang sangat mendadak.

Tapi sekarang pertama-tama kita harus paham benar apa arti sesungguhnya dari kata Pan- Islamisme. Dulu, ini mempunyai sebuah makna historis dan berarti bahwa Islam harus menaklukkan seluruh dunia, pedang di tangan, dan ini harus dilakukan di bawah kepemimpinan seorang Khalifah [Pemimpin dari Negara Islam – Ed.], dan Sang Khalifah haruslah keturunan Arab. 400 tahun setelah meninggalnya Muhammad, kaum muslim terpisah menjadi tiga Negara besar dan oleh karena itu Perang Suci ini telah kehilangan arti pentingnya bagi semua dunia Islam. Hilang artinya bahwa, atas nama Tuhan, Khalifah dan agama Islam harus menaklukkan dunia, karena Khalifah Spanyol mengatakan, aku adalah benar-benar Khalifah sesungguhnya, aku harus membawa panji [Islam], dan Khalifah Mesir mengatakan hal yang sama, serta Khalifah Baghdad berkata, Aku adalah Khalifah yang sebenarnya, karena aku berasal dari suku Arab Quraish.

Jadi Pan-Islamisme tidak lagi memiliki arti sebenarnya, tapi kini dalam prakteknya memiliki sebuah arti yang benar-benar berbeda. Saat ini, Pan-Islamisme berarti perjuangan untuk pembebasan nasional, karena bagi kaum Muslim Islam adalah segalanya: tidak hanya agama, tetapi juga Negara, ekonomi, makanan, dan segalanya. Dengan demikian Pan-Islamisme saat ini berarti persaudaraan antar sesama Muslim, dan perjuangan kemerdakaan bukan hanya untuk Arab tetapi juga India, Jawa dan semua Muslim yang tertindas. Persaudaraan ini berarti perjuangan kemerdekaan praktis bukan hanya melawan kapitalisme Belanda, tapi juga kapitalisme Inggris, Perancis dan Itali, oleh karena itu melawan kapitalisme secara keseluruhan. Itulah arti Pan-Islamisme saat ini di Indonesia di antara rakyat kolonial yang tertindas, menurut propaganda rahasia mereka – perjuangan melawan semua kekuasaan imperialis di dunia.

Ini adalah sebuah tugas yang baru untuk kita. Seperti halnya kita ingin mendukung perjuangan nasional, kita juga ingin mendukung perjuangan kemerdekaan 250 juta Muslim yang sangat pemberani, yang hidup di bawah kekuasaaan imperialis. Karena itu saya tanya sekali lagi: haruskah kita mendukung Pan-Islamisme, dalam pengertian ini? Saya akhiri pidato saya. [Tepuk Tangan Meriah]

Sunday, December 16, 2012

Biografi Jendral Soedirman

PhotobucketJendral Besar Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman) (lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. enderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.

Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.

Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.

Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Berikut Ini Data Lengkap Tengtang Jendral Besar Soedirman
Nama:
Jenderal Sudirman
Lahir:
Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal:
Magelang, 29 Januari 1950

Agama:
Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara:
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan:
Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi:
Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan:
Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meniggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan:
Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta

Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com/

Thursday, December 13, 2012

Pejuang Kesetaraan Dari Minang


Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Ia juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.

Biografi Buya HAMKA dari Biografi Web

Hamka juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. Masa kecil HAMKA dipenuhi gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal-hal yang tidak dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Putra HAMKA bernama H. Rusydi HAMKA, kader PPP, anggota DPRD DKI Jakarta. Anak Angkat Buya Hamka adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk Islam.

RIWAYAT PENDIDIKAN HAMKA

HAMKA di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai kelas dua. Ketika usia 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Sejak muda, HAMKA dikenal sebagai seorang pengelana. Bahkan ayahnya, memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Saat itu, HAMKA mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo Pakualaman, Yogyakarta.

RIWAYAT KARIER HAMKA

HAMKA bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan. Pada tahun 1929 di Padang Panjang, HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957- 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta.

Sejak perjanjian Roem-Royen 1949, ia pindah ke Jakarta dan memulai kariernya sebagai pegawai di Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim. Waktu itu HAMKA sering memberikan kuliah di berbagai perguruan tinggi Islam di Tanah Air.

Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia. Pada 26 Juli 1977 Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali, melantik HAMKA sebagai Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudian meletakkan jabatan itu pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

RIWAYAT ORGANISASI HAMKA

HAMKA aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat di Padan g Panjang. Mulai tahun 1928 beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929 HAMKA mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, HAMKA dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah.

AKTIVITAS POLITIK HAMKA

Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia.

Pada tahun 1955 HAMKA beliau masuk Konstituante melalui partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum. Pada masa inilah pemikiran HAMKA sering bergesekan dengan mainstream politik ketika itu. Misalnya, ketika partai-partai beraliran nasionalis dan komunis menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Dalam pidatonya di Konstituante, HAMKA menyarankan agar dalam sila pertama Pancasila dimasukkan kalimat tentang kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknyan sesuai yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Namun, pemikiran HAMKA ditentang keras oleh sebagian besar anggota Konstituante, termasuk Presiden Sukarno. Perjalanan politiknya bisa dikatakan berakhir ketika Konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden Soekarno pada 1959. Masyumi kemudian diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Meski begitu, HAMKA tidak pernah menaruh dendam terhadap Sukarno. Ketika Sukarno wafat, justru HAMKA yang menjadi imam salatnya. Banyak suara-suara dari rekan sejawat yang mempertanyakan sikap HAMKA. "Ada yang mengatakan Sukarno itu komunis, sehingga tak perlu disalatkan, namun HAMKA tidak peduli. Bagi HAMKA, apa yang dilakukannya atas dasar hubungan persahabatan. Apalagi, di mata HAMKA, Sukarno adalah seorang muslim.

Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden Soekarnokarena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia.

Pada tahun 1978, HAMKA lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah. Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan.

Idealisme HAMKA kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama Alamsyah Ratuprawiranegara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang perayaan Natal bersama. Sebagai Ketua MUI, HAMKA langsung menolak keinginan itu. Sikap keras HAMKA kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, HAMKA lantas meminta Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula HAMKA memutuskan mundur sebagai Ketua MUI.

AKTIVITAS SASTRA HAMKA

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid). Pada 1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman. Antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura. Setelah itu HAMKA menulis lagi di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.

AKTIVITAS KEAGAMAAN

Setelah peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, HAMKA secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra. Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai seorang ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang sangat bagus penuturannya. Keulamaan HAMKA lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975.

HAMKA dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam.

Ada satu yang sangat menarik dari Buya HAMKA, yaitu keteguhannya memegang prinsip yang diyakini. Inilah yang membuat semua orang menyeganinya. Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi HAMKA. Pada zamam pemerintah Soekarno, HAMKA berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi bagiPresiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden berang ’kebakaran jenggot’. Tidak hanya berhenti di situ saja, HAMKA juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. Maka, wajar saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Bahkan majalah yang dibentuknya ''Panji Masyarat'' pernah dibredel Soekarno karena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul ''Demokrasi Kita'' yang terkenal itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam terhadap konsep Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno. Ketika tidak lagi disibukkan dengan urusan-urusan politik, hari-hari HAMKA lebih banyak diisi dengan kuliah subuh di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan.

WAFATNYA HAMKA

Pada tanggal 24 Juli 1981 HAMKA telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.
PENGHARGAAN

Atas jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan, yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia

PANDANGAN HAMKA TENTANG KESASTRAAN

Pandangan sastrawan, HAMKA yang juga dikenal sebagai Tuanku Syekh Mudo Abuya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo tentang kepenulisan. Buya HAMKA menyatakan ada empat syarat untuk menjadi pengarang. Pertama, memiliki daya khayal atau imajinasi; kedua, memiliki kekuatan ingatan; ketiga, memiliki kekuatan hapalan; dan keempat, memiliki kesanggupan mencurahkan tiga hal tersebut menjadi sebuah tulisan.

BUAH PENA BUYA HAMKA

Kitab Tafsir Al-Azhar merupakan karya gemilang Buya HAMKA. Tafsir Al-Quran 30 juz itu salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan Buya HAMKA semasa hidupnya. Tafsir tersebut dimulainya tahun 1960.

HAMKA meninggalkan karya tulis segudang. Tulisan-tulisannya meliputi banyak bidang kajian: politik (Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, Urat Tunggang Pancasila), sejarah (Sejarah Ummat Islam, Sejarah Islam di Sumatera), budaya (Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi), akhlak (Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu keislaman (Tashawwuf Modern).

Thursday, December 6, 2012

ANDI LANGGAR KODE ETIK PARTAI, DENGAN MENJADI TERSANGKA

Jakarta - Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, resmi sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi Hambalang. Andi yang dijerat dalam statusnya sebagai Menpora, dipastikan telah melanggar kode etik Partai Demokrat.

Dalam ketentuan 'KODE ETIK DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KODE ETIK PARTAI DEMOKRAT' yang diunduh detikcom dari situs resmi Partai Demokrat, Jumat (7/12/2012), Andi melanggar Pasal 14 soal 'PERILAKU DAN UCAPAN YANG DILARANG'. Di dalam Ayat 1 huruf c, tertulis larangan bagi siapapun yang menjadi anggota Partai Demokrat.

"Menjadi Tersangka atau Terdakwa atau Terpidana dalam dugaan tindak pidana korupsi, narkoba, dan asusila atau tindak pidana berat lainnya," tulis kode etik ini.

Pengawasan dan pelaksana kode etik ini dilakukan oleh Dewan Kehormatan dan Komisi Pengawas Partai Demokrat. Dewan inilah yang juga bertugas untuk mengadili Andi.

Dan nantinya mereka akan memberikan rekomendasi terhadap Andi. Mulai dari peringatan keras hingga pemecatan seperti yang tertuang dalam Pasal 31 ayat 3.

Kode etik ini sendiri diteken pada 24 Juli 2011 oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat dan Amir Syamsuddin selaku Sekretaris.

Andi ternyata telah berstatus tersangka sejak 3 Desember 2012 lalu. Ia dijerat dengan pasal penyalahgunaan wewenang dan upaya memperkaya diri sendiri.

"Dijerat dengan pasal 2 dan 3 UU Tipikor," ujar Ketua KPK Abraham Samad.

Pasal 2 UU 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU 20 tahun 2001 menyebutkan, "Setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara dipidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun".

Sedangkan Pasal 3 UU, yang sama menyebutkan, "Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya, yang dapat merugikan keuangan negara maka dipidana paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun."

Wednesday, December 5, 2012

Gubernur: Islah Akhir Polemik Pilgub Lampung

TELUKBETUNG UTARA (Lampost): Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P tetap berkeyakinan islah antara Pemprov dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lampung menjadi akhir polemik penentuan jadwal pemilihan Gubernur Lampung. Penetapan Pilgub tidak dapat dilaksanakan di 2013 harus diterima semua pihak.
"Islah akan mengurai polemik pilgub yang 2013 yang ramai diperbicangkan, sudah selesai. Mendagri mengirim dua dirjen dan KPU pusat turun itu untuk apa, keputusan diambil setelah dilihat dari manfaat dan mudarat," kata Sjachroedin seusai seusai breefing eselon II dan III di Balai Keratun, Kantor Gubernur Lampung, Rabu (5-12)
Menurutnya hasil rapat koordinasi Pemprov dan KPU Lampung dengan perwakilan Mendagri serta KPU pusat, Senin (3-12), adalah kesepakatan bersama. Dia mengatakan adanya kelompok yang tetap tidak menerima hasil kesepakatan adalah hal biasa. Tetapi dia menegaskan bahwa islah adalah titik temu yang memunculkan kesepakatan itu. "Biarkan masyarakat akan menilai.Terserah dia (kelompok yang tidak menyepakati hasil rapat), rakyat menunggu itu (penentuan jadwal pilgub)," jelasnya.
Di sisi lain saat dirinya dikonfirmasi mengenai kemungkinan pilgub menjadi wewenang legislator pada 2015, Sjachroedin tidak menampik hal itu. tetapi, lanjutnya, hal itu tentu harus berkekuatan hukum. " saya sih lebih setuju kalau tidak ada gubernur dan bupati. Tetapi selaku ketua partai saya tidak bisa setuju saja. Saya harus menunggu keputusan pusat," tutur Sjachroedin, sambil tertawa.
Tetapi mengenai wacana peniadaan wakil kepala daerah Sjachroedin menyetujuinya. Dia mengungkapkan hal itu baik bagi jalannya pemerintahan. Mengingat banyaknya kasus tidak berjalan optimalnya pembangunan akibat ketidakseimbangan tugas kepala dan wakil kepala daerah. "Banyak kejadian Bupati dan Wakil bupati yang tidak mengerti pemerintahan. karena itu dibutuhkan wakil yang mengerti pemerintahan , sehingga tinggal jalan," tandasnya.