Tuesday, April 26, 2016
Tuesday, June 18, 2013
Mahasiswa: “Akademik dan Organisasi”
Pada dasarnya setiap proses selalu ada pilihan yang selalu menuntut kita masuk kedalam sebuah masalah lalu kitapun diharuskan untuk menyelesaikannya demi mencapai sebuah keberhasilan, semua itu harus melalui tahap demi tahap mulai dari manajemen yang matang ataupun pendapat untuk mendeskripsikannya terhadap lingkungan kita.
Berbicara
tentang mahasiswa, berarti berbicara intelektualisme, akademik, organisasi,
hedonis, overtunis hingga istilah-istilah yang memang diciptakan dan kemudian
menimbulkan sebuah perdebatan yang memang layak untuk didiskusikan. Saya ingin
bercerita sedikit ketika saya mulai menjadi mahasiswa hingga saya lepas dari
gelar mahasiswa. Istilah yang tak asing disandang oleh mahasiswa adalah Agen Perubahan dan Agen Control. Saat menyandang gelar mahasiswa saya begitu bangga
dan merasa sangat gagah, bermimpi kelak menjadi orang yang sukses, menguras
pikiran agar bisa memunculkan sebuah ide-ide yang baru dan kemudian mendapatkan
kemenangan-kemenangan kecil, kadang juga terpuruk dikarnakan terhamat oleh
lingkungan, dana bahkan strateginya pun terkadang salah. kemudian coba kembali
bangkit untuk mencoba yang teori baru dari ide yang kembali muncul dan itulah
sebenarnya nilai seorang mahasiswa. Namun tak sedikit mahasiswa yang hanya
mementingkan akademik semata dan mengesampingkan organisasi yang sebenarnya hal
yang tanpa disadari kewajiban bagi seorang mahasiswa wajib aktip dalam
organisasi, banyak mahasiswa berpendapat jika aktip diorganisasi IP nya akan
anjlok, padahal teori itu salah besar. Saya mendapatkan IPK 3 dan saya sangat
aktip di organisasi dan bukan berarti saya tidak melewati hal-hal buruk yang sering
dilakukan oleh mahasiswa yang mereka sebut hedonis. Saat di semester satu saya
sering meninggalkan kuliah, hobi ngeluyur, minum alcohol bareng temen-temen
bahkan hal-hal buruk lainnya namun semua itu hanya sekedar untuk hiburan saja
dalam kejenuhan sebagai mahaiswa. Saat saya menjadi mahasiswa saya paling
dikenal anarkis karena mulai dari tahun pertama hingga tahun ketiga saya selalu
tutup dengan berantem di kampus, dikalangan mahasiswa fakultas sospol saya
cukup disegani tapi saya sebenarnya bukan tipikal orang yang kasar ataupun
mencari sensasi, itu dikarnakan saya kurang control emosi dan memang sayapun
merasa bahwa saya seorang yang tempramen.
Berbicara
akademik bagi saya adalah hal yang paling vital dan utama karena tujuan kita
masuk perguruan tinggi adalah kuliah dan mendapatkan nilai dan IP yang tinggi demi tanggung jawab terhadap orang tua
kita, dan wajib bagi kita untuk belajar tekun demi akademik yang cemerlang agar
bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, namun Ip bukan patokan bagi seorang
mahasiswa cerdas. Bagi saya Ip besar buhan sebuah kebanggaan Bagi saya Ip besar buhan sebuah kebanggaan
yang luar bisa jika tidak didukung oleh Etika dan bagaimana ia bisa diterima di
lingkungannya ataupun masyarakat nantinya karena Nilai itu bukan hanya tertulis
dikertas tapi harus juga tertanam dalam kepribadian seseorang.
Berbicara
tentang organisasi artinya sebagai mahasiswa kita wajib untuk belajar
bemasyarakat, bersosialisasi, mempengaruhi, berdiskusi dan belajar
mempertahankan pendapat dan meraih kemenangan-kemenangan kecil dan semua itu
didapat dalam Organisasi. Diorganisasi kita belajat tentang manajemen, strategi
dan taktik, cara melobbi, bahkan bagai mana menjadi seorang pemimpin yang arif.
Saya menyimpulkannya organisasi itu ibarat sepasang Suami & istri, bisa
kita pikirkan sendiri bagai mana seorang suami & istri bersinergi antara
satu dan yang lain dan melahirkan keturunan yang baru.
Akademik
itu menuntut kita untuk memahami teori-teori dan perencanaan yang matang, dan
organisasi menuntut kita bagai mana cara mengaplikasikannya sehingga semua
berjalan sesuai rencana kita dan menghasilkan apa yang memang kita cita-citakan,
dan menurut saudara apa….???/
Thursday, April 4, 2013
Taman Belajar Komsospol; Fun, Educatif dan Kreatif
Senin 4 maret 2013 adalah hari bersejarah bagi kami keluarga besar HMI Komsospol Unila. Berbekal semangat untuk bersama mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanah Undang-undang dasar 1945 HMI Komsospol Unila melaunching sebuah kegitan belajar mengajar bertajuk "Taman Belajar Komsospol". Acara ini diselenggarakan di daerah pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya di Kecamatan Bumi Waras, kelurahan Bumi waras Lk 1 Rt 5. Kegiatan ini merupakan komitmen HMI untuk terus mengembangkan dunia pendidikan di daerah Lampung sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat sesuai dengan tujuan dilahirkannya HMI.
Dalam pelaksanaannya taman belajar komsospol diselenggarakan secara rutin pada hari jum'at jam 15.30 sampai dengan selesai sekitar pukul 18.00. Tenaga pendidik dari taman belajar ini merupakan kader-kader aktif HMI komsospol yang dibantu oleh rekan-rekan mahasiswa di luar HMI yang memiliki komitmen dan kepedulian yang sama terhadap kewajiban mengembangkan dunia pendidikan tanah air. Sementara peserta didik dari taman belajar ini merupakan siswa setingkat SD dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang berdomisili di daerah sekitar lokasi. Kegiatan ini juga terbuka untuk siapa saja anak-anak yang ingin belajar terutama untuk anak-anak putus sekolah atau mereka yang mengalami kesuliatan secara finansial.
Acara yang diselenggarakan secara sederhana ini mengusung konsep fun, educatif dan kreatif. adik-adik di taman belajar komsospol akan diajak belajar dengan diselingi permainan dan penanaman nilai-nilai karakter yang kuat. Dalam acara launching tersebut juga diserahkan bantuan berupa buku-buku pelajaran untuk dijadikan perpustakaan mini agar proses belajar mengajar menjadi semakin optimal. Buku-buku yang disalurkan merupakan bantuan dari para donatur yang telah dikumpulkan oleh panitia sebelumnya.
Dalam perkembangannya kedepan kita berharap taman belajar ini bisa berjalan lebih maksimal dan semakin lebih baik lagi. Di beberapa pertemuan juga akan di proses belajr mengajar juga akan di selenggarakan dengan menggunakan tekhnologi yang lebih modern sehingga peserta didik semakin interest dengan dan tidak merasa bosan. Berbagai kegiatan tambahan juga akan di berikan untuk peserta didik sehingga mereka juga memiliki kemampuan dan keahlian yang dapat menjadi modal lebih untuk mereka nantinya. Kita juga mengajak selutuh pihak untuk bersama-sama berkontribusi terhadap perkembangan taman belajar komsospol ini. kami membuka kesempatan seluasluasnya bagi siapa saja yang ingin mengembangkan kegiatan ini baik bantuan materil, moril, fasilitas maupun kerjasama di segala bidang. Kami juga mengucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan ini. Bahagia HMI.
Wednesday, February 20, 2013
HMI Komsospol Gelar Pengobatan Gratis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Memperingati milad Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang ke-66, HMI Komisariat Sosial Politik (Komsospol) Universitas Lampung (Unila) mengadakan kegiatan sosial.
Yakni berupa pengobatan gratis yang digelar di Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, diberi tajuk HMI Komsospol Mengabdi.
Ketua Umum HMI, Ahmad Erlangga Ferdianto mengatakan, tujuan diadakan kegiatan ini sebenarnya sebagai bentuk aplikasi HMI terutama Komsospol Unila dalam rangka mengaktualisasikan lima kualitas insan cita yang kelima, yaitu insan pengabdi dari HMI Komsospol.
"Kegiatan ini juga sekaligus dalam rangka memperingati milad HMI ke 66 yang jatuh pada tanggal 5 Febuari 2013 kemarin," kata Angga, sapaan akrab Ahmad Erlangga Ferdianto, ketika ditemui Tribun Lampung, Minggu (17/2/2013) di lokasi.
Menurutnya, kenapa HMI Komsospol mengadakan kegiatan tersebut adalah karena memang selama ini gerakan mahasiswa jarang sekali yang menyentuh ke ranah publik. "Iya, jarang sekali artinya kurang peka terhadap kondisi-kondisi sosial seperti ini," bebernya.
Angga juga berharap, dengan diadakannya kegiatan sosial ini mudah-mudahan dapat menjadi stimulus untuk mahasiswa lain. "Atau organisasi mahasiswa lain agar kedepannya gerakan mahasiswa tidak hanya dalam ranah teoritis seperti aksi terus," harap Angga. (Tribunlampung.co.id/Noval Andriansyah)
Yakni berupa pengobatan gratis yang digelar di Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, diberi tajuk HMI Komsospol Mengabdi.
Ketua Umum HMI, Ahmad Erlangga Ferdianto mengatakan, tujuan diadakan kegiatan ini sebenarnya sebagai bentuk aplikasi HMI terutama Komsospol Unila dalam rangka mengaktualisasikan lima kualitas insan cita yang kelima, yaitu insan pengabdi dari HMI Komsospol.
"Kegiatan ini juga sekaligus dalam rangka memperingati milad HMI ke 66 yang jatuh pada tanggal 5 Febuari 2013 kemarin," kata Angga, sapaan akrab Ahmad Erlangga Ferdianto, ketika ditemui Tribun Lampung, Minggu (17/2/2013) di lokasi.
Menurutnya, kenapa HMI Komsospol mengadakan kegiatan tersebut adalah karena memang selama ini gerakan mahasiswa jarang sekali yang menyentuh ke ranah publik. "Iya, jarang sekali artinya kurang peka terhadap kondisi-kondisi sosial seperti ini," bebernya.
Angga juga berharap, dengan diadakannya kegiatan sosial ini mudah-mudahan dapat menjadi stimulus untuk mahasiswa lain. "Atau organisasi mahasiswa lain agar kedepannya gerakan mahasiswa tidak hanya dalam ranah teoritis seperti aksi terus," harap Angga. (Tribunlampung.co.id/Noval Andriansyah)
Friday, January 25, 2013
Cinta Adalah
Jangan kau redupkan sinarku dangan awan tebal,
karna aku bintang kecil yang setia menyinarimu.
jangan kau beri penghalang bagi langkahku.
karna aku adalah seekor siput yang merangkak untuk menggapai hatimu.
mungkin aku bukan kertas bersih yang bisa kau lukis dengan indah.
tapi warna dalam lembarku berusaha melengkapi indahnya karyamu.
aku bukanlah sebuah pohon rindang yang mampu melindungimu dari hujan.
tapi aku pohon kecil yang slalu tumbuh agar bisa melindungimu.
trima aku, seperti kau memperlakukan orang bodoh untuk menjadi pintar,
dan hargailah perjuanganku meskipun itu kecil dimatamu.
kau tau kau adalah bidadari suci yang kuharap menuntunku ke surga.
dan kau tau kau hatimu adalah tempat terindah yang ingin kutempeti selamanya..
Iin Tajudin
Wednesday, December 19, 2012
Pan Islamisme- Komunisme (Tan Malaka:1922)
ni adalah sebuah pidato yang
disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis
Internasional ke-empat pada tanggal 12 Nopember 1922. Menentang thesis
yang didraf oleh Lenin dan diadopsi pada Kongres Kedua, yang telah
menekankan perlunya sebuah “perjuangan melawan Pan-Islamisme”, Tan
Malaka mengusulkan sebuah pendekatan yang lebih positif. Tan Malaka
(1897-1949) dipilih sebagai ketua Partai Komunis Indonesia pada tahun
1921, tetapi pada tahun berikutnya dia dipaksa untuk meninggalkan Hindia
Belanda oleh pihak otoritas koloni. Setelah proklamasi kemerdekaan pada
bulan Agustus 1945, dia kembali ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam
perjuangan melawan penjajahan Belanda. Dia menjadi ketua Partai Murba
(Partai Proletar)), yang dibentuk pada tahun 1948 untuk mengorganisir
kelas pekerja oposisi terhadap pemerintahan Soekarno. Pada bulan
Februari 1949 Tan Malaka ditangkap oleh tentara Indonesia dan
dieksekusi.
Kamerad!
Setelah mendengar pidato-pidato Jenderal Zinoviev, Jenderal Radek dan
kamerad-kamerad Eropa lainnya, serta berkenaan dengan pentingnya, untuk
kita di Timur juga, masalah front persatuan, saya pikir saya harus
angkat bicara, atas nama Partai Komunis Jawa, untuk jutaan rakyat
tertindas di Timur.
Saya
harus mengajukan beberapa pertanyaan kepada kedua jenderal tersebut.
Mungkin Jenderal Zinoviev tidak memikirkan mengenai sebuah front
persatuan di Jawa; mungkin front persatuan kita adalah sesuatu yang
berbeda. Tetapi keputusan dari Kongres Komunis Internasional Kedua
secara praktis berarti bahwa kita harus membentuk sebuah front persatuan
dengan kubu nasionalisme revolusioner. Karena, seperti yang harus kita
akui, pembentukan sebuah front bersatu juga perlu di negara kita, front
persatuan kita tidak bisa dibentuk dengan kaum Sosial Demokrat tetapi
harus dengan kaum nasionalis revolusioner. Namun taktik yang digunakan
oleh kaum nasionalis seringkali berbeda dengan taktik kita; sebagai
contoh, taktik pemboikotan dan perjuangan pembebasan kaum Muslim,
Pan-Islamisme. Dua hal inilah yang secara khusus saya pertimbangkan,
sehingga saya bertanya begini. Pertama, apakah kita akan mendukung
gerakan boikot atau tidak? Kedua, apakah kita akan mendukung
Pan-Islamisme, ya atau tidak? Bila ya, seberapa jauh kita akan terlibat?
Metode
boikot, harus saya akui, bukanlah sebuah metode Komunis, tapi hal itu
adalah salah satu senjata paling tajam yang tersedia pada situasi
penaklukan politik-militer di Timur. Dalam dua tahun terakhir kita telah
menyaksikan keberhasilan aksi boikot rakyat Mesir 1919 melawan
imperialisme Inggris, dan lagi boikot besar oleh Cina di akhir tahun
1919 dan awal tahun 1920. Gerakan boikot terbaru terjadi di India
Inggris. Kita bisa melihat bahwa dalam beberapa tahun kedepan
bentuk-bentuk pemboikotan lain akan digunakan di timur. Kita tahu bahwa
ini bukan metode kita; ini adalah sebuah metode borjuis kecil, satu
metode kepunyaan kaum borjuis nasionalis. Lebih jauh kita bisa
mengatakan; bahwa pemboikotan berarti dukungan terhadap kapitalisme
domestik; tetapi kita juga telah menyaksikan bahwa setelah gerakan
boikot di India, kini ada 1800 pemimpin yang dipenjara, bahwa
pemboikotan telah membangkitkan sebuah atmosfer yang sangat
revolusioner, dan gerakan boikot ini telah memaksa pemerintahan Inggris
untuk meminta bantuan militer kepada Jepang, untuk menjaga-jaga kalau
gerakan ini akan berkembang menjadi sebuah pemeberontakan bersenjata.
Kita juga tahu bahwa para pemimpin Mahommedan di India – Dr. Kirchief,
Hasret Mahoni dan Ali bersaudara – pada kenyataannya adalah kaum
nasionalis; kita tidak melihat sebuah pemberontakan ketika Gandhi
dipenjara. Tapi rakyat di India sangat paham seperti halnya setiap kaum
revolusioner disana: bahwa sebuah pemberontakan lokal hanya akan berahir
dalam kekalahan, karena kita tidak punya senjata atau militer lainnya
di sana, oleh karena itu masalah gerakan boikot akan, sekarang atau di
hari depan, menjadi sebuah masalah yang mendesak bagi kita kaum Komunis.
Baik di India maupun Jawa kita sadar bahwa banyak kaum Komunis yang
cenderung ingin memproklamirkan sebuah gerakan boikot di Jawa, mungkin
karena ide-ide Komunis yang berasal dari Rusia telah lama dilupakan,
atau mu gkin ada semacam pelepasan mood Komunis yang besar di India yang
bisa menentang semua gerakan. Bagaimanapun juga kita dihadapkan pada
pertanyaan: apakah kita akan mendukung taktik ini, ya atau tidak? Dan
seberapa jauh kita akan mendukung?
Pan-Islamisme
adalah sebuah sejarah yang panjang. Pertama saya akan berbicara tentang
pengalaman kita di Hindia Belanda dimana kita telah bekerja sama dengan
kaum Islamis. Di Jawa kita memiliki sebuah organisasi yang sangat besar
dengan banyak petani yang sangat miskin, yaitu Sarekat Islam. Antara
tahun 1912 dan 1916 organisasi ini memiliki sejuta anggota, mungkin
sebanyak tiga atau empat juta. Itu adalah sebuah gerakan popular yang
sangat besar, yang timbul secara spontan dan sangat revolusioner.
Hingga
tahun 1921 kita berkolaborasi dengan mereka. Partai kita, terdiri dari
13,000 anggota, masuk ke pergerakan popular ini dan melakukan propaganda
di dalamnya. Pada tahun 1921 kita berhasil membuat Sarekat Islam
mengadopsi program kita. Sarekat Islam juga melakukan agitasii pedesaan
mengenai kontrol pabrik-pabrik dan slogan: Semua kekuasaan untuk kaum
tani miskin, Semua kekuasaan untuk kaum proletar! Dengan demikian
Sarekat Islam melakukan propaganda yang sama seperti Partai Komunis
kita, hanya saja terkadang menggunakan nama yang berbeda.
Namun
pada tahun 1921 sebuah perpecahan timbul karena kritik yang ceroboh
terhadap kepemimpinan Sarekat Islam. Pemerintah melalui agen-agennya di
Sarekat Islam mengeksploitasi perpecahan ini, dan juga mengeksploitasi
keputusan Kongres Komunis Internasional Kedua: Perjuangan melawan
Pan-Islamisme! Apa kata mereka kepada para petani jelata? Mereka bilang:
Lihatlah, Komunis tidak hanya menginginkan perpecahan, mereka ingin
menghancurkan agamamu! Itu terlalu berlebihan bagi seorang petani
muslim. Sang petani berpikir: aku telah kehilangan segalanya di dunia
ini, haruskah aku kehilangan surgaku juga? Tidak akan! Ini adalah cara
seorang Muslim jelata berpikir. Para propagandis dari agen-agen
pemerintah telah berhasil mengeksploitasi ini dengan sangat baik. Jadi
kita pecah. [Ketua: Waktu anda telah habis]
Saya datang dari Hindia Belanda, dan menempuh perjalanan selama empat puluh hari
.[Tepuk Tangan]
Para
anggota Sarekat Islam percaya pada propaganda kita dan tetap bersama
kita di perut mereka, untuk menggunakan sebuah ekspresi yang popular,
tetapi di hati mereka mereka masih bersama Sarekat Islam, dengan surga
mereka. Karena surga adalah sesuatu yang tidak bisa kita berikan kepada
mereka. Karena itulah, mereka memboikot pertemuanperetemuan kita dan
kita tidak bisa melanjutkan propaganda kita lagi.
Sejak
awal tahun lalu kita telah bekerja untuk membangun kembali hubungan
kita dengan Sarekat Islam. Pada kongres kami bulan Desember tahun lalu
kita mengatakan bahwa Muslim di Kaukasus dan negara-negara lain, yang
bekerjasama dengan Uni Soviet dan berjuang melawan kapitalisme
internasional, memahami agama mereka dengan lebih baik, kami juga
mengatakan bahwa, jika mereka ingin membuat sebuah propaganda mengenai
agama mereka, mereka bisa melakukan ini, meskipun mereka tidak boleh
melakukannya di dalam pertemuan-pertemuan tetapi di masjid-masjid.
Kami
telah ditanya di pertemuan-pertemuan publik: Apakah Anda Muslim - ya
atau tidak? Apakah Anda percaya pada Tuhan – ya atau tidak? Bagaimana
kita menjawabnya? Ya, saya katakan, ketika saya berdiri di depan Tuhan
saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak
orang saya bukan seorang Muslim [Tepuk Tangan Meriah], karena Tuhan
mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia! [Tepuk Tangan
Meriah] Jadi kami telah mengantarkan sebuah kekalahan pada para pemimpin
mereka dengan Qur’an di tangan kita, dan di kongres kami tahun lalu
kami telah memaksa para pemimpin mereka, melalui anggota mereka sendiri,
untuk bekerjasama dengan kami.
Ketika
sebuah pemogokan umum terjadi pada bulan Maret tahun lalu, para pekerja
Muslim membutuhkan kami, karena kami memiliki pekerja kereta api di
bawah kepemimpinan kami. Para pemimpin Sarekat Islam berkata: Anda ingin
bekerjasama dengan kami, jadi Anda harus menolong kami juga. Tentu saja
kami mendatangi mereka, dan berkata: Ya, Tuhan Anda maha kuasa, tapi
Dia telah mengatakan bahwa di dunia ini pekerja kereta api adalah lebih
berkuasa! [Tepuk Tangan Meriah] Pekerja kereta api adalah komite
eksekutif Tuhan di dunia ini. [Tertawa]
Tapi
ini tidak menyelesaikan masalah kita, jika kita pecah lagi dengan
mereka kita bisa yakin bahwa para agen pemerintah akan berada di sana
lagi dengan argumen Pan- Islamisme mereka. Jadi masalah Pan-Islamisme
adalah sebuah masalah yang sangat mendadak.
Tapi
sekarang pertama-tama kita harus paham benar apa arti sesungguhnya dari
kata Pan- Islamisme. Dulu, ini mempunyai sebuah makna historis dan
berarti bahwa Islam harus menaklukkan seluruh dunia, pedang di tangan,
dan ini harus dilakukan di bawah kepemimpinan seorang Khalifah [Pemimpin
dari Negara Islam – Ed.], dan Sang Khalifah haruslah keturunan Arab.
400 tahun setelah meninggalnya Muhammad, kaum muslim terpisah menjadi
tiga Negara besar dan oleh karena itu Perang Suci ini telah kehilangan
arti pentingnya bagi semua dunia Islam. Hilang artinya bahwa, atas nama
Tuhan, Khalifah dan agama Islam harus menaklukkan dunia, karena Khalifah
Spanyol mengatakan, aku adalah benar-benar Khalifah sesungguhnya, aku
harus membawa panji [Islam], dan Khalifah Mesir mengatakan hal yang
sama, serta Khalifah Baghdad berkata, Aku adalah Khalifah yang
sebenarnya, karena aku berasal dari suku Arab Quraish.
Jadi
Pan-Islamisme tidak lagi memiliki arti sebenarnya, tapi kini dalam
prakteknya memiliki sebuah arti yang benar-benar berbeda. Saat ini,
Pan-Islamisme berarti perjuangan untuk pembebasan nasional, karena bagi
kaum Muslim Islam adalah segalanya: tidak hanya agama, tetapi juga
Negara, ekonomi, makanan, dan segalanya. Dengan demikian Pan-Islamisme
saat ini berarti persaudaraan antar sesama Muslim, dan perjuangan
kemerdakaan bukan hanya untuk Arab tetapi juga India, Jawa dan semua
Muslim yang tertindas. Persaudaraan ini berarti perjuangan kemerdekaan
praktis bukan hanya melawan kapitalisme Belanda, tapi juga kapitalisme
Inggris, Perancis dan Itali, oleh karena itu melawan kapitalisme secara
keseluruhan. Itulah arti Pan-Islamisme saat ini di Indonesia di antara
rakyat kolonial yang tertindas, menurut propaganda rahasia mereka –
perjuangan melawan semua kekuasaan imperialis di dunia.
Ini
adalah sebuah tugas yang baru untuk kita. Seperti halnya kita ingin
mendukung perjuangan nasional, kita juga ingin mendukung perjuangan
kemerdekaan 250 juta Muslim yang sangat pemberani, yang hidup di bawah
kekuasaaan imperialis. Karena itu saya tanya sekali lagi: haruskah kita
mendukung Pan-Islamisme, dalam pengertian ini? Saya akhiri pidato saya.
[Tepuk Tangan Meriah]
Sunday, December 16, 2012
Biografi Jendral Soedirman
Jendral Besar Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman) (lahir di Bodas
Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. enderal Sudirman
merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang
pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia
sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang
parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang
guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan
Ketika
pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan
akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia
(Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak
perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik
Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus
Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Berikut Ini Data Lengkap Tengtang Jendral Besar Soedirman
Nama:
Jenderal Sudirman
Lahir:
Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Agama:
Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara:
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan:
Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi:
Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan:
Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meniggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan:
Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta
Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com/
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Berikut Ini Data Lengkap Tengtang Jendral Besar Soedirman
Nama:
Jenderal Sudirman
Lahir:
Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Agama:
Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara:
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan:
Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi:
Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan:
Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meniggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan:
Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta
Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com/
Thursday, December 13, 2012
Pejuang Kesetaraan Dari Minang
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau
lebih dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, sastrawan,
sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Ia juga
seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti
filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun
Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam
perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung Molek, Maninjau,
Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981
pada umur 73 tahun.
Biografi Buya HAMKA dari Biografi Web
Hamka
juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau
yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti
ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim
bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor
Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada
tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. Masa kecil
HAMKA dipenuhi gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang
keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam.
Banyak hal-hal yang tidak dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Putra HAMKA bernama H. Rusydi
HAMKA, kader PPP, anggota DPRD DKI Jakarta. Anak Angkat Buya Hamka
adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk Islam.
RIWAYAT PENDIDIKAN HAMKA
HAMKA
di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai kelas dua. Ketika usia 10 tahun,
ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ
HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah
mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama
terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur,
R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Sejak
muda, HAMKA dikenal sebagai seorang pengelana. Bahkan ayahnya, memberi
gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk
menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki
Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Saat itu, HAMKA
mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo
Pakualaman, Yogyakarta.
RIWAYAT KARIER HAMKA
HAMKA
bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi,
Medan. Pada tahun 1929 di Padang Panjang, HAMKA kemudian dilantik
sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas
Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957- 1958. Setelah itu, beliau
diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor
Universitas Mustopo, Jakarta.
Sejak
perjanjian Roem-Royen 1949, ia pindah ke Jakarta dan memulai kariernya
sebagai pegawai di Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim.
Waktu itu HAMKA sering memberikan kuliah di berbagai perguruan tinggi
Islam di Tanah Air.
Dari
tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi
Agama oleh Menteri Agama Indonesia. Pada 26 Juli 1977 Menteri Agama
Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali, melantik HAMKA sebagai Ketua Umum Majlis
Ulama Indonesia tetapi beliau kemudian meletakkan jabatan itu pada
tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah
Indonesia.
RIWAYAT ORGANISASI HAMKA
HAMKA
aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau
mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan
khurafat, bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat di Padan g Panjang. Mulai
tahun 1928 beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada
tahun 1929 HAMKA mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua
tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian
beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera
Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto
pada tahun 1946. Pada tahun 1953, HAMKA dipilih sebagai penasihat
pimpinan Pusat Muhammadiyah.
AKTIVITAS POLITIK HAMKA
Kegiatan
politik HAMKA bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota
partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang
usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan
menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947,
HAMKA diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia.
Pada
tahun 1955 HAMKA beliau masuk Konstituante melalui partai Masyumi dan
menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum. Pada masa inilah
pemikiran HAMKA sering bergesekan dengan mainstream politik ketika itu.
Misalnya, ketika partai-partai beraliran nasionalis dan komunis
menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Dalam pidatonya di
Konstituante, HAMKA menyarankan agar dalam sila pertama Pancasila
dimasukkan kalimat tentang kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknyan sesuai yang termaktub dalam Piagam Jakarta. Namun, pemikiran
HAMKA ditentang keras oleh sebagian besar anggota Konstituante,
termasuk Presiden Sukarno. Perjalanan politiknya bisa dikatakan berakhir
ketika Konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden Soekarno pada
1959. Masyumi kemudian diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun
1960. Meski begitu, HAMKA tidak pernah menaruh dendam terhadap Sukarno.
Ketika Sukarno wafat, justru HAMKA yang menjadi imam salatnya. Banyak
suara-suara dari rekan sejawat yang mempertanyakan sikap HAMKA. "Ada
yang mengatakan Sukarno itu komunis, sehingga tak perlu disalatkan,
namun HAMKA tidak peduli. Bagi HAMKA, apa yang dilakukannya atas dasar
hubungan persahabatan. Apalagi, di mata HAMKA, Sukarno adalah seorang
muslim.
Dari
tahun 1964 hingga tahun 1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden
Soekarnokarena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai
menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah
keluar dari penjara, HAMKA diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah
Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia
dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia.
Pada
tahun 1978, HAMKA lagi-lagi berbeda pandangan dengan pemerintah.
Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang
sebelumnya sudah menjadi kebiasaan.
Idealisme
HAMKA kembali diuji ketika tahun 1980 Menteri Agama Alamsyah
Ratuprawiranegara meminta MUI mencabut fatwa yang melarang perayaan
Natal bersama. Sebagai Ketua MUI, HAMKA langsung menolak keinginan itu.
Sikap keras HAMKA kemudian ditanggapi Alamsyah dengan rencana
pengunduran diri dari jabatannya. Mendengar niat itu, HAMKA lantas
meminta Alamsyah untuk mengurungkannya. Pada saat itu pula HAMKA
memutuskan mundur sebagai Ketua MUI.
AKTIVITAS SASTRA HAMKA
Selain
aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang
wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, HAMKA
menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan
Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau
menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau
menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga
pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan
Gema Islam.
HAMKA
juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel
dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid).
Pada 1950, ia mendapat kesempatan untuk melawat ke berbagai negara
daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, HAMKA menulis beberapa roman.
Antara lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di
Tepi Sungai Dajlah. Sebelum menyelesaikan roman-roman di atas, ia telah
membuat roman yang lainnya. Seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah,
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah
Kehidupan merupakan roman yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku
teks sastera di Malaysia dan Singapura. Setelah itu HAMKA menulis lagi
di majalah baru Panji Masyarakat yang sempat terkenal karena menerbitkan
tulisan Bung Hatta berjudul Demokrasi Kita.
AKTIVITAS KEAGAMAAN
Setelah
peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, HAMKA secara
total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra.
Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai
seorang ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang
sangat bagus penuturannya. Keulamaan HAMKA lebih menonjol lagi ketika
dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975.
HAMKA
dikenal sebagai seorang moderat. Tidak pernah beliau mengeluarkan
kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka
memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral
Islam.
Ada
satu yang sangat menarik dari Buya HAMKA, yaitu keteguhannya memegang
prinsip yang diyakini. Inilah yang membuat semua orang menyeganinya.
Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi HAMKA. Pada
zamam pemerintah Soekarno, HAMKA berani mengeluarkan fatwa haram menikah
lagi bagiPresiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden
berang ’kebakaran jenggot’. Tidak hanya berhenti di situ saja, HAMKA
juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu.
Maka, wajar saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh
Soekarno. Bahkan majalah yang dibentuknya ''Panji Masyarat'' pernah
dibredel Soekarno karena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul
''Demokrasi Kita'' yang terkenal itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam
terhadap konsep Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno. Ketika
tidak lagi disibukkan dengan urusan-urusan politik, hari-hari HAMKA
lebih banyak diisi dengan kuliah subuh di Masjid Al-Azhar, Jakarta
Selatan.
WAFATNYA HAMKA
Pada
tanggal 24 Juli 1981 HAMKA telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan
pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam.
Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan
di negara kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk
Malaysia dan Singapura, turut dihargai.
PENGHARGAAN
Atas
jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan,
yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958),
Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958),
dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia
PANDANGAN HAMKA TENTANG KESASTRAAN
Pandangan
sastrawan, HAMKA yang juga dikenal sebagai Tuanku Syekh Mudo Abuya
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo tentang
kepenulisan. Buya HAMKA menyatakan ada empat syarat untuk menjadi
pengarang. Pertama, memiliki daya khayal atau imajinasi; kedua, memiliki
kekuatan ingatan; ketiga, memiliki kekuatan hapalan; dan keempat,
memiliki kesanggupan mencurahkan tiga hal tersebut menjadi sebuah
tulisan.
BUAH PENA BUYA HAMKA
Kitab
Tafsir Al-Azhar merupakan karya gemilang Buya HAMKA. Tafsir Al-Quran 30
juz itu salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan Buya HAMKA
semasa hidupnya. Tafsir tersebut dimulainya tahun 1960.
HAMKA
meninggalkan karya tulis segudang. Tulisan-tulisannya meliputi banyak
bidang kajian: politik (Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, Urat
Tunggang Pancasila), sejarah (Sejarah Ummat Islam, Sejarah Islam di
Sumatera), budaya (Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi), akhlak
(Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu keislaman (Tashawwuf
Modern).
Thursday, December 6, 2012
ANDI LANGGAR KODE ETIK PARTAI, DENGAN MENJADI TERSANGKA
Jakarta - Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat,
Andi Mallarangeng, resmi sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
dugaan korupsi Hambalang. Andi yang dijerat dalam statusnya sebagai
Menpora, dipastikan telah melanggar kode etik Partai Demokrat.
Dalam ketentuan 'KODE ETIK DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KODE ETIK PARTAI DEMOKRAT' yang diunduh detikcom dari situs resmi Partai Demokrat, Jumat (7/12/2012), Andi melanggar Pasal 14 soal 'PERILAKU DAN UCAPAN YANG DILARANG'. Di dalam Ayat 1 huruf c, tertulis larangan bagi siapapun yang menjadi anggota Partai Demokrat.
"Menjadi Tersangka atau Terdakwa atau Terpidana dalam dugaan tindak pidana korupsi, narkoba, dan asusila atau tindak pidana berat lainnya," tulis kode etik ini.
Pengawasan dan pelaksana kode etik ini dilakukan oleh Dewan Kehormatan dan Komisi Pengawas Partai Demokrat. Dewan inilah yang juga bertugas untuk mengadili Andi.
Dan nantinya mereka akan memberikan rekomendasi terhadap Andi. Mulai dari peringatan keras hingga pemecatan seperti yang tertuang dalam Pasal 31 ayat 3.
Kode etik ini sendiri diteken pada 24 Juli 2011 oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat dan Amir Syamsuddin selaku Sekretaris.
Andi ternyata telah berstatus tersangka sejak 3 Desember 2012 lalu. Ia dijerat dengan pasal penyalahgunaan wewenang dan upaya memperkaya diri sendiri.
"Dijerat dengan pasal 2 dan 3 UU Tipikor," ujar Ketua KPK Abraham Samad.
Pasal 2 UU 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU 20 tahun 2001 menyebutkan, "Setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara dipidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun".
Sedangkan Pasal 3 UU, yang sama menyebutkan, "Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya, yang dapat merugikan keuangan negara maka dipidana paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun."
Dalam ketentuan 'KODE ETIK DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KODE ETIK PARTAI DEMOKRAT' yang diunduh detikcom dari situs resmi Partai Demokrat, Jumat (7/12/2012), Andi melanggar Pasal 14 soal 'PERILAKU DAN UCAPAN YANG DILARANG'. Di dalam Ayat 1 huruf c, tertulis larangan bagi siapapun yang menjadi anggota Partai Demokrat.
"Menjadi Tersangka atau Terdakwa atau Terpidana dalam dugaan tindak pidana korupsi, narkoba, dan asusila atau tindak pidana berat lainnya," tulis kode etik ini.
Pengawasan dan pelaksana kode etik ini dilakukan oleh Dewan Kehormatan dan Komisi Pengawas Partai Demokrat. Dewan inilah yang juga bertugas untuk mengadili Andi.
Dan nantinya mereka akan memberikan rekomendasi terhadap Andi. Mulai dari peringatan keras hingga pemecatan seperti yang tertuang dalam Pasal 31 ayat 3.
Kode etik ini sendiri diteken pada 24 Juli 2011 oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat dan Amir Syamsuddin selaku Sekretaris.
Andi ternyata telah berstatus tersangka sejak 3 Desember 2012 lalu. Ia dijerat dengan pasal penyalahgunaan wewenang dan upaya memperkaya diri sendiri.
"Dijerat dengan pasal 2 dan 3 UU Tipikor," ujar Ketua KPK Abraham Samad.
Pasal 2 UU 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU 20 tahun 2001 menyebutkan, "Setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara dipidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun".
Sedangkan Pasal 3 UU, yang sama menyebutkan, "Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya, yang dapat merugikan keuangan negara maka dipidana paling singkat satu tahun dan paling lama 20 tahun."
Wednesday, December 5, 2012
Gubernur: Islah Akhir Polemik Pilgub Lampung
TELUKBETUNG UTARA (Lampost): Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P tetap
berkeyakinan islah antara Pemprov dan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Lampung menjadi akhir polemik penentuan jadwal pemilihan Gubernur
Lampung. Penetapan Pilgub tidak dapat dilaksanakan di 2013 harus
diterima semua pihak.
"Islah akan mengurai polemik pilgub yang 2013 yang ramai diperbicangkan, sudah selesai. Mendagri mengirim dua dirjen dan KPU pusat turun itu untuk apa, keputusan diambil setelah dilihat dari manfaat dan mudarat," kata Sjachroedin seusai seusai breefing eselon II dan III di Balai Keratun, Kantor Gubernur Lampung, Rabu (5-12)
Menurutnya hasil rapat koordinasi Pemprov dan KPU Lampung dengan perwakilan Mendagri serta KPU pusat, Senin (3-12), adalah kesepakatan bersama. Dia mengatakan adanya kelompok yang tetap tidak menerima hasil kesepakatan adalah hal biasa. Tetapi dia menegaskan bahwa islah adalah titik temu yang memunculkan kesepakatan itu. "Biarkan masyarakat akan menilai.Terserah dia (kelompok yang tidak menyepakati hasil rapat), rakyat menunggu itu (penentuan jadwal pilgub)," jelasnya.
Di sisi lain saat dirinya dikonfirmasi mengenai kemungkinan pilgub menjadi wewenang legislator pada 2015, Sjachroedin tidak menampik hal itu. tetapi, lanjutnya, hal itu tentu harus berkekuatan hukum. " saya sih lebih setuju kalau tidak ada gubernur dan bupati. Tetapi selaku ketua partai saya tidak bisa setuju saja. Saya harus menunggu keputusan pusat," tutur Sjachroedin, sambil tertawa.
Tetapi mengenai wacana peniadaan wakil kepala daerah Sjachroedin menyetujuinya. Dia mengungkapkan hal itu baik bagi jalannya pemerintahan. Mengingat banyaknya kasus tidak berjalan optimalnya pembangunan akibat ketidakseimbangan tugas kepala dan wakil kepala daerah. "Banyak kejadian Bupati dan Wakil bupati yang tidak mengerti pemerintahan. karena itu dibutuhkan wakil yang mengerti pemerintahan , sehingga tinggal jalan," tandasnya.
"Islah akan mengurai polemik pilgub yang 2013 yang ramai diperbicangkan, sudah selesai. Mendagri mengirim dua dirjen dan KPU pusat turun itu untuk apa, keputusan diambil setelah dilihat dari manfaat dan mudarat," kata Sjachroedin seusai seusai breefing eselon II dan III di Balai Keratun, Kantor Gubernur Lampung, Rabu (5-12)
Menurutnya hasil rapat koordinasi Pemprov dan KPU Lampung dengan perwakilan Mendagri serta KPU pusat, Senin (3-12), adalah kesepakatan bersama. Dia mengatakan adanya kelompok yang tetap tidak menerima hasil kesepakatan adalah hal biasa. Tetapi dia menegaskan bahwa islah adalah titik temu yang memunculkan kesepakatan itu. "Biarkan masyarakat akan menilai.Terserah dia (kelompok yang tidak menyepakati hasil rapat), rakyat menunggu itu (penentuan jadwal pilgub)," jelasnya.
Di sisi lain saat dirinya dikonfirmasi mengenai kemungkinan pilgub menjadi wewenang legislator pada 2015, Sjachroedin tidak menampik hal itu. tetapi, lanjutnya, hal itu tentu harus berkekuatan hukum. " saya sih lebih setuju kalau tidak ada gubernur dan bupati. Tetapi selaku ketua partai saya tidak bisa setuju saja. Saya harus menunggu keputusan pusat," tutur Sjachroedin, sambil tertawa.
Tetapi mengenai wacana peniadaan wakil kepala daerah Sjachroedin menyetujuinya. Dia mengungkapkan hal itu baik bagi jalannya pemerintahan. Mengingat banyaknya kasus tidak berjalan optimalnya pembangunan akibat ketidakseimbangan tugas kepala dan wakil kepala daerah. "Banyak kejadian Bupati dan Wakil bupati yang tidak mengerti pemerintahan. karena itu dibutuhkan wakil yang mengerti pemerintahan , sehingga tinggal jalan," tandasnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)